Bedah Infinity Q50 dan Q50S, Keduanya Menyenangkan

Selasa, 30 September 2014 | 07:09 WIB





Jadi bos atau duduk di bangku pengendara, sama asyiknya

Kendaraan premium lebih banyak dipakai oleh petinggi perusahaan. Karena kesibukannya, para petinggi ini kerap duduk di bangku belakang. Jarang yang duduk langsung di bangku pengemudi. Tapi, Infinity Q50 menawarkan dua hal menyenangkan sekaligus.

Pilih sebagai bos dan duduk di belakang? Tenang, balutan kulit pada jok dan trim pintu memberi kenyamanan. Kontur dan busa jok yang empuk menjadikan posisi duduk bisa nyaman. Saat memegang handel pintu bagian dalam juga demikian. Warna hitam di kabin, lebih menguatkan aura elegan.

Embusan angin pendingin ruangan juga tak perlu dirisaukan. Terdapat dua saluran AC di konsol tengah untuk penumpang di jok belakang. Nyaman!

3 Mode Berkendara


 
Kabin depan memberi ruang terpisah antara penumpang dan pengendara

Coba ganti sebagai pengendara. Berbagai hal menyenangkan tetap hadir. Posisi duduknya cukup ergonomis. Sama seperti jok belakang, kulit yang dipakai untuk membalut busa empuk hadir. Terpisahkan oleh konsol tengah antara pengendara dan penumpang, menjadikannya lebih ekslusif.


 
-Tinggal tekan tombol untuk mengaktifkan voice command
-Paddle shift hanya tersedia di versi hybrid
-Versi Q50 terdapat akses ke bagasi dari jok belakang
-Sunroof tersedia pada kedua tipe

Saatnya mencoba jalan. Injak pedal rem, tekan tombol. Tidak terdengar raungan mesin, tetap sunyi senyap. Jelas saja, soalnya OTOMOTIF mencoba Infinity Q50S, yakni versi hybrid. Pantas saja tidak terdengar suara mesin.

Beragam teknologi dimuat pada mobil yang akan menghadang Mercedes-Benz C-Class ini. Seperti pengaturan power steering. Terdapat tiga mode yakni light, normal dan heavy.


 
-Jok berbalut kulit menyenangkan bagi eksekutif atau juga pengendara
-Berbagai pilihan model berkendara tersedia, tinggal disesuaikan selera pribadi

Setelah dicoba, light sangat cocok untuk parkir dan kemacetan, kemudian normal akan berguna ketika berada di jalan bebas hambatan. Sedang heavy akan membantu ketika dipacu kecepatan tinggi. Tapi, jangan pakai mode ini saat macet, karena tangan akan pegal.


 
Konfigurasi mesin V6 dipakai pada versi hybrid

Beruntung selama pengetesan, merasakan dua model, menggunakan baterai dan mesin. Saat pakai baterai, Q50S akan bergerak dengan halus. Namun, ketika pakai mesin terlihat garangnya. Wajar saja karena mengandalkan mesin berkonfigurasi V6 dengan kapasitas 3,498 cc yang menghasilkan tenaga sebesar 350 DK/6.500 RPM dengan torsi gambot 536 Nm/1.470 RPM.

Dipandu Parkir

Puas dengan versi hybrid, pindah ke Infinity Q50 ‘biasa'. Berada di kabin, tidak terlalu jauh berbeda dengan versi hybrid. Mencoba sistem power steering, hanya dua pilihan, normal dan heavy saja. Rasanya juga sama seperti hybrid.


 
Di layar terdapat panduan untuk parkir, sayang butuh waktu lebih untuk mengaktifkannya

Perbedaan jelas berada di akselerasi yang ditawarkan pada mobil dengan transmisi 7 percapatan ini. Pengetesan di jalur parkir showroom memperlihatkan versi 2.0T memiliki tarikan awal yang lebih galak. Kapasitas mesin 1.991 cc dibantu dengan turbo menghasilkan tenaga 208 DK/5.500 RPM dengan torsi 350 Nm/1.250-3.500 RPM. Versi lengkap pengetesan, akan dihadirkan pada artikel test drive.


 
Lingkar roda 17 inci pada versi 2.0T dan 19 inci di versi hybrid

Teknologi lainnya, yang ada di mobil dengan gerak roda belakang ini yakni panduan untuk parkir. Tinggal pencet panduan di layar, kemudian ikuti instruksi dalam bahasa Inggris. Terdapat garis-garis yang juga membantu. Hanya saja, instruksinya terlalu lama, kalau dipakai parkir di Jakarta sih, dijamin akan dihujani klakson dari pengendara lain.

Terdapat juga fitur voice command yang bisa menghubungkan dengan telepon, USB atau juga audio lainnya. Mengucapkan dari bangku belakang juga diterima dengan sangat baik.

Dua kesenangan terangkum dalam satu. (mobil.otomotifnet.com)