Honda Mobilio Ke Candi Pranbanan dan Borobudur, Tes Manual Matik

Iday - Jumat, 7 Februari 2014 | 16:16 WIB

Sensansi Honda Mobilio di Candi Pranbanan dan Borobudur (Iday - )

Reza
Sensansi Honda Mobilio di Candi Pranbanan dan Borobudur
Otomotifnet.com
 - Keberanian PT Honda Prospect Motor (HPM) menyematkan tag line "Banyak Kelebihan dan Keunggulan" pada MPV kompak barunya Honda Mobilio, tentu bukan tanpa alasan.
 
OTOMOTIFNET pun dibikin penasaran dan bertanya-tanya, apa betul, low MPV 7 penumpang ini berada paling atas dalam segala bidang di antara kompetitornya?
 
HPM pun coba membuktikannya melalui acara Media Test Drive dengan menyediakan 22 unit terdiri dari tiga varian (tipe S M/T, E M/T, E CVT, dan E CVT Prestige) di Yogyakarta, 4 - 5 Februari lalu.
 
Dipilihnya Kota Gudeg tentu berkaitan dengan historis terciptanya Mobilio sebagai salah satu rute pengujian sebelum diproduksi.
 
Selain itu, "Yogyakarta memiliki kondisi jalan yang variatif dan mewakili jalan-jalan di Indonesia," jelas Yosep Swasono Agus, Corporate Communication Manager HPM.
 
Pada acara tes itu, OTOMOTIFNET mendapat kesempatan mengendarai ketiga varian yang dibekali mesin 1.5L SOHC 4 silinder segaris i-VTEC dengan teknologi drive-by-wire (DBW).
 
Mobil pertama yang diuji varian tertinggi E CVT Prestige yang hanya perbedaannya hanya pada penambahan lis krom pada sisi samping dan bagian belakang.
 
Tenaga Responsif
 
Dengan tenaga maksimum 118 dk, performa Mobilio cukup responsif dan perpindahan tiap gigi sangat halus.
 
Ini berkat transmisi yang sudah mengusung teknologi Earth Dream yang diproduksi oleh HPPM (Honda Precision Parts Manufacturing) di Cikampek.
 
Tenaga yang responsif ini adanya pemakaian rasio gigi akhir 4,7 yang cukup enteng. 
Reza
Sensansi Honda Mobilio di Candi Pranbanan dan Borobudur
Bandingkan dengan Jazz bermesin sama, tapi pakai 4,2. Pemakaian gigi rasio lebih tinggi pada Mobilio tak lain untuk mengimbangi bobot yang lebih berat, ciri khas MPV 7-seater.
 
Makanya, rute menuju Candi Prambanan yang ada tanjakan dan menurun dilibas dengan mudah.
 
Begitu juga ketika OTOMOTIFNET mengemudikan tipe E betransmisi manual.
 
Boleh dibilang hampir tidak pernah mengandalkan gigi satu saat menaklukkan jalan tanjakan dalam iring-ringan.
 
Ini lantaran pemakaian perbandingan setiap giginya yang rapat dipadu dengan rasio gigi akhir yang 4,7.
Reza
Sensansi Honda Mobilio di Candi Pranbanan dan Borobudur
Sehingga, napas gigi satu sangat pendek. Begitu juga perpindahan dari dua ke tiga juga pendek. Baru dari tiga keempat agak panjang.
 
Asyiknya, kala memindahkan tongkat persneling tiap gigi bagaikan memakai quick shift. Trus, kala jalan di putaran mesin 1.400 rpm dan pedal gas dibejek, tenaga langsung berisi.
 
Meski belum tahu efisiensi bahan bakarnya, tapi dengan perpindahan gigi yang pendek ini bisa dipastikan konsumsi BBM Mobilio cukup irit.
 
Ditambah lagi, ada indikator ECO yang bila terlambat memindahkan gigi atau tidak bisa menjaga putaran mesin, lampu indikatornya akan "padam".
 
Selain menguji tenaga, saat bermanuver di jalanan berkelok-kelok, kestabilan mobil terjaga dengan baik.
 
Hanya, jika melaju dengan kecepatan di bawah 30 km/jam, bantingan teratas keras. (Mobil.Otomotifnet.com)