Saat pertama tenar, pertengahan 1990-an, jalan menuju Bandung dari Jakarta masih melalui jalur Puncak atau Subang. Kali ini, OTOMOTIF mendengarkannya dari kabin belakang Audi A6. Rasanya, lebih ingin the road never end, ketika menikmati kenyamanan yang diberikan.
Jujur, segala rute kemacetan plus pola tingkah beragam pengguna jalan lainnya seperti tenggelam. Sampai di hotel bintang 5 di daerah Ciumbuleuit, Bandung, seorang butler siaga membuka pintu dan membawakan travell bag sampai kamar.
Lebih mewah di belakang, bukan berarti A6 tak bisa memberikan kesenangan ketika dikendarai. Memang, butuh sedikit adaptasi untuk mencari feeling bodi sepanjang 4.915 mm ketika terkena kemacetan di rute dalam kota. Namun, coba masuk jalan tol Cipularang dari Jakarta dan sebaliknya. OTOMOTIF seperti bermain konsol game dengan mesin berkapasitas 2.773 cc.
Racikan Audi di balik kap mesin terasa dashyat. Sepintas, tenaga sebesar 204 dk dengan torsi 280 Nm dari mesin berkonfigurasi V6 terlihat kecil mengingat sosok A6 yang gambot. Begitu jarum menunjukkan angka 2.500 rpm. Baru performa A6 seperti keluar total. Untungnya, pemilihan waktu keberangkatan di pagi hari, bikin jalan tol masih terlihat lengang. Walau kadang harus mengerem saat terhalang truk, berdansa di kecepatan sekitar 200 km/jam masih terasa menyenangkan dan aman.
Atur fitur Audi Drive Select di posisi Dynamic, maka responsif dan tingkat kekerasan sokbreker akan bikin berkendara di jalan tol lebih seru, dan pilih mode Comfort ketika masuk ke suasana dalam kota, terlebih menuju banyaknya café romantic di dataran atas Bandung.
Rasanya, tak ingin jalan berakhir ketika duduk di kabin Audi A6. Entah duduk di belakang ataupun depan. (mobil.otomotifnet.com)