Otomotifnet - Apa agenda besar Nissan di Indonesia? Tak lain tak bukan, menggenjot penjualan sebesar-besarnya.
Maklum, tahun 2013 nanti diprediksi pasar mobil di Indonesia akan mencapai 1 juta unit. Nissan sendiri berhasrat bisa meraup kue penjualan sebesar 10% dari total penjualan nasional.
Makanya, kalau mereka hendak menggenjot penjualan, model maupun line up yang disajikan juga mesti beragam. Terpenting adalah memasuki pasar yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, yaitu kelas Toyota Avanza dan Xenia.
Bayangkan, berdasarkan data gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kelas produk ini bisa menguasai lebih dari 50% penjualan nasional. Artinya, jika penjualan nasional mencapai 1 juta unit, 500 ribunya adalah kelas ini. Lantas, Nissan punya apa?
Grand Livina sudah ada. Tetapi ini saja tidak cukup. Maklum harga Grand Livina tidak bisa bersaing dengan Avanza maupun Xenia. Grand Livina dijual dengan harga Rp 194-238 juta di Jakarta. Sementara Avanza di kisaran Rp 136-174 juta. Maka, bisa dimaklumi kalau Nissan akan memasukkan mobil dengan harga sama.
Nissan Motor Co., Ltd sudah menyiapkan mobil kecil dengan kapasitas mirip Avanza maupun Xenia. NV200 ini memakai Nissan B-platform yang sama dengan Nissan Micra/March, Cube, Livina dan Grand Livina.
Makanya, secara dimensi mirip dengan Nissan Grand Livina, panjangnya kurang 2 cm dari Grand Livina yang punya panjang 4,6 m. Ditengarai untuk mesinnya juga akan memakai mesin Grand Livina versi 1.500 cc (HR15DE). Meskipun di luar negeri memakai mesin 1.600 cc.
Soal pemakaian mesin 1.500 cc memang logis. Maklum, sistem perpajakan di Indonesia yang berbeda dengan luar negeri bisa membuat harga NV200 jadi tidak kompetitif bila pakai mesin 1.600 cc. Sebab, bila mobil mengadopsi mesin 1.600 cc, dikenai pajak lebih mahal ketimbang mesin 1.500 cc. Lagipula, bila memakai mesin 1.600 cc, menjadi tidak efisien di pabriknya.
Sesuai prinsip ‘satu platform’, bila ada komponen bisa dipakai di beberapa model, tentu bisa menekan harga dari produk itu. Persis produksi kue bolu, bila membuatnya hanya satu unit, maka biaya cetakan akan dibebankan pada harga itu terlalu besar. Nah, kalau bikin bolunya 1.000 unit dengan satu cetakan, tentu harga cetakan terbagi dalam 1.000 bolu itu bukan?
Lantas, mengapa disebut ‘Baby serena’? Nah perihal ini memang spekulatif adanya. Soal nama, belum ditentukan, baik pihak Nissan lokal maupun internasional. Namun, kalau melihat desain NV200 memang tak salah kiranya, ‘Baby’ Serena disematkan pada mobil yang akan disandingkan dengan Avanza-Xenia. Tunggu saja! (mobil.otomotifnet.com)
Makanya, kalau mereka hendak menggenjot penjualan, model maupun line up yang disajikan juga mesti beragam. Terpenting adalah memasuki pasar yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, yaitu kelas Toyota Avanza dan Xenia.
Bayangkan, berdasarkan data gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kelas produk ini bisa menguasai lebih dari 50% penjualan nasional. Artinya, jika penjualan nasional mencapai 1 juta unit, 500 ribunya adalah kelas ini. Lantas, Nissan punya apa?
Grand Livina sudah ada. Tetapi ini saja tidak cukup. Maklum harga Grand Livina tidak bisa bersaing dengan Avanza maupun Xenia. Grand Livina dijual dengan harga Rp 194-238 juta di Jakarta. Sementara Avanza di kisaran Rp 136-174 juta. Maka, bisa dimaklumi kalau Nissan akan memasukkan mobil dengan harga sama.
Nissan Motor Co., Ltd sudah menyiapkan mobil kecil dengan kapasitas mirip Avanza maupun Xenia. NV200 ini memakai Nissan B-platform yang sama dengan Nissan Micra/March, Cube, Livina dan Grand Livina.
Makanya, secara dimensi mirip dengan Nissan Grand Livina, panjangnya kurang 2 cm dari Grand Livina yang punya panjang 4,6 m. Ditengarai untuk mesinnya juga akan memakai mesin Grand Livina versi 1.500 cc (HR15DE). Meskipun di luar negeri memakai mesin 1.600 cc.
Soal pemakaian mesin 1.500 cc memang logis. Maklum, sistem perpajakan di Indonesia yang berbeda dengan luar negeri bisa membuat harga NV200 jadi tidak kompetitif bila pakai mesin 1.600 cc. Sebab, bila mobil mengadopsi mesin 1.600 cc, dikenai pajak lebih mahal ketimbang mesin 1.500 cc. Lagipula, bila memakai mesin 1.600 cc, menjadi tidak efisien di pabriknya.
Sesuai prinsip ‘satu platform’, bila ada komponen bisa dipakai di beberapa model, tentu bisa menekan harga dari produk itu. Persis produksi kue bolu, bila membuatnya hanya satu unit, maka biaya cetakan akan dibebankan pada harga itu terlalu besar. Nah, kalau bikin bolunya 1.000 unit dengan satu cetakan, tentu harga cetakan terbagi dalam 1.000 bolu itu bukan?
Lantas, mengapa disebut ‘Baby serena’? Nah perihal ini memang spekulatif adanya. Soal nama, belum ditentukan, baik pihak Nissan lokal maupun internasional. Namun, kalau melihat desain NV200 memang tak salah kiranya, ‘Baby’ Serena disematkan pada mobil yang akan disandingkan dengan Avanza-Xenia. Tunggu saja! (mobil.otomotifnet.com)