Mercedes-Benz C-Class W202 ( 1994-2000) Jadi Impian Hingga Kini

Billy - Sabtu, 4 Juni 2011 | 11:03 WIB

Mercedes-Benz C-Class W202 ( 1994-2000) Jadi Impian Hingga Kini (Billy - )

Mercedes-Benz C-Class W202 ( 1994-2000) Jadi Impian Hingga Kini
JAKARTA - Tak ada yang menyangkal bila sedan berlogo bintang asal Jerman ini selalu menjadi idaman semua orang. Sama halnya saat kemunculan Mercedes-Benz (MB) seri C-Class di Tanah Air pada pertengahan 1994.

Boleh dibilang, sedan berdimensi kompak ini menjadi primadona semua individu. Mulai dari mahasiswa, ibu rumah tangga, karyawan hingga pengusaha mengidamkan sedan saloon yang dianggap pas untuk kondisi jalan di Indonesia.

Banyak Varian
Mercedes-Benz sendiri, mengklaim C-Class sebagai mobil dengan dimensi kecil setelah kemunculan 190E pada era ’80-an. “Bodi dan mesinnya pas untuk kondisi jalan di Jakarta,” jelas Dewa Arthur, mahasiswa yang pakai C230 keluaran 1998.

Bagaimana tidak, ukuran bodi yang setara Toyota Corona ini dikemas dengan teknologi Jerman yang sudah tidak diragukan lagi.
Mercedes-Benz C-Class W202 ( 1994-2000) Jadi Impian Hingga Kini

 Mesin 4 silinder segaris dicangkok turbocharger untuk tenaga maksimal(kiri) Mesin C230 dianggap ideal menghasilkan tenaga karena kapasitas yang 2.300 cc(kiri)
Hingga kini, tak heran bila W202 masih menjadi dream car back to 90s bagi banyak kalangan. Tak terkecuali, semua varian mulai dari C180, C200, C230, C200 Kompressor, C230 Kompressor hingga C230 Estate tak kehilangan penggemar.

Bahkan, mereka yang tergolong speedgoers menghalalkan W202 untuk dicangkok turbocharger. Alternatif bagi yang enggan memelihara seri ‘Kompressor’ alias supercharger.

“Sejak awal memang sudah suka desain W202, tetapi karena mesin kurang powerful, sekarang tinggal bikin kencang,” jelas Soni Vincent, kontraktor yang mencangkok turbo di C200 1996 miliknya.

Apapun modifikasi dan rombakan yang dilakoni pemilik W202, di negara asalnya sendiri sudah banyak tuner (rumah modifikasi) yang menyediakan komponen performa maupun detailing.

Hal ini sudah dilakoni Freddy Hermawan yang selama 2 tahun terakhir memelihara C230 Estate alias station wagon. Varian yang cukup langka di Tanah Air.
Mercedes-Benz C-Class W202 ( 1994-2000) Jadi Impian Hingga Kini

 Tak cuma mobilnya, pelek Brabus Monoblock III ikut jadi dream rims
Freddy yang notabene pemilik workshop New Face Paint factory, memilih single tuner Brabus untuk mempercantik C-Class miliknya. Mulai dari pelek, jok, knalpot, hingga pernik aksesori berlabel Brabus.

Menurutnya, aksesori dan komponen performa dari Brabus dinilainya paling sporty sekaligus elegan untuk bersanding ke mobilnya. “Pelek Monoblock III ‘17 inci saja, sudah sangat mendongkrak penampilan mobil,” cetusnya.

Alasan pemilihan pelek tak lain karena desain Monoblock III  yang memang abadi dan sesuai dengan karakter dan tahun keluaran mobil. Berawal dari pelek, lantas Freddy melengkapi semua pernik lainnya.

Baginya, perburuan komponen spesifik untuk sedan estate tak sulit karena mayoritas sama dengan yang sedan saloon. Mulai dari jok, pedal set, sill plate bisa dibilang sama.
Mercedes-Benz C-Class W202 ( 1994-2000) Jadi Impian Hingga Kini

 Pernik aksesoris single tuner keluaran Brabus
Bisa dibayangkan modifikasi yang harus dilakukan Soni saat memutuskan pasang turbo Toyota CT20 di besutan berkelir hijau tua. Tak hanya piping dan intercooler saja, tetapi ECU pun terpaksa ditandem dengan piggy back.

“Paling sulit adalah menyesuaikan debit bahan bakar yang sesuai karena ECU Mercedes-Benz punya karakter sangat berbeda dengan mesin Jepang,” terang Soni.   (mobil.otomotifnet.com)