Jakarta - Fenomena kenaikan harga solar bersubsidi langsung berdampak pada pemilik kendaraan bermesin diesel. Padahal di zaman sekarang, menggunakan kendaraan dengan mesin hasil temuan Rudolf Diesel sangat mewabah. Tapi solar subsidi kebetulan sudah naik Rp 2.000 perliter, jadi apakah sudah saatnya beralih ke solar non subsidi sekalian?
Awalnya tentu disebabkan oleh konsumsi bahan bakar yang relatif lebih irit dibanding mesin bensin. Apalagi didukung dengan harga per liter Solar bersubsidi yang sangat murah. Tentu membuat penggemar diesel bertambah banyak.
Sejatinya memang kendaraan diesel common rail yang banyak ditemui pada diesel modern seperti Toyota Kijang Innova, Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport, Chevrolet Captiva dan lainnya yang memerlukan bahan bakar berkualitas baik.
Ini yang tidak bisa didapat pada Solar bersubsidi yang memiliki angka cetane rendah dan tingkat sulfur tinggi. "Memang sejatinya kendaraan diesel common rail harus menggunakan Solar non subsidi," ujar Puji Utomo, Kepala Bengkel Chevrolet di Serpong, Tangerang.
Coba deh, beralih ke Pertamina Dex atau Shell Diesel agar mesin lebih awet dan terjaga performanya. Bayangkan jika injektor yang bertekanan lebih dari 1000 bar tersumbat sedikit saja. Otomatis performa menurun atau bahkan kendaraan akan tersendat saat dijalankan.
"Paling parahnya mesin tidak dapat hidup karena tekanan kurang," ungkap Wawan Kurniawan, Kepala Bengkel Mitsubishi Lautan Berlian di Kebon Jeruk, Jakbar.
Selain itu penggunaan bahan bakar Solar non subsidi mengurangi asap hitam yang dikeluarkan dari knalpot. "Biaya perawatan menjadi lebih irit jika menggunakan Solar bersubsidi," sebut Sapta Agung Nugroho, Kepala Bengkel Auto2000 Puri Kembangan, Jakbar.
Filter Solar jauh lebih bersih jika menggunakan Pertamina Dex atau Shell Diesel. Interval penggantian bisa mengikuti rekomendasi pabrik. Semisal Toyota Kijang Innova ataupun Fortuner yang pada buku manual setiap 10 ribu KM. "Namun jika menggunakan Solar subsidi, sebaiknya penggantian setidaknya setiap 5 ribu KM agar lebih aman dan kebersihan terjaga," bilang Sapta.
Ditambahkan Wawan, "Paling bahaya jika injektor mampet atau rusak. Harga injektor common rail, ambil contoh Mitubishi Pajero Sport Rp 3 juta per buah. Kalau masih bisa dikalibrasi biasanya berkisar Rp 250 ribu sampai Rp 350 ribu per buah," ujar Wawan. Jika menggunakan Solar non subsidi, resiko kerusakan injektor bisa dikurangi. Rajin diesel purging dapat membantu membersihkan lubang injektor.
Tangki bahan bakar juga perlu sering dibersihkan jika pakai Solar subsidi. "Setiap 30 ribu KM, anjuran pabrik Chevrolet perlu dibersihkan. Namun jika masih menggunakan Solar subsidi, setiap 15 ribu KM sebaiknya dilakukan kuras tangki," wanti Puji lagi.
Common rail fuel pump juga beresiko rusak jika terus menerus meminum bahan bakar diesel dengan cetane rendah dan bersulfur tinggi. Bagi pemilik kendaraan diesel modern, sudah saat mengganti dengan bahan bakar berkualitas baik untuk meminimalkan resiko fuel pump rusak. (mobil.otomotifnet.com)