Bau Sangit Pada Transmisi Matik Jangan Panik

Jumat, 27 September 2013 | 14:14 WIB

 
 
 
Jakarta - Bagi pemilik mobil matik, saat berkendara, pernahkah Anda mengalami hal-hal seperti di bawah ini? Perpindahan gigi transmisi tidak mulus atau perpindahannya terjadi ketika putaran mesin tinggi. Kalau itu tidak, mungkin tenaga mesin turun atau mencium bau sangit.
 
Semua itu dikarenakan kualitas oli transmisi sudah tidak bagus lantaran jarang dikuras. Diperparah lagi, cara mengemudi yang 'jorok' dipicu akibat dari kondisi 'darah' yang tidak bagus itu. Atau, lupa mengganti oli lantaran masa pergantian yang panjang.  
 
Padahal, transmisi otomatis sangat bergantung pada kualitas oli (gbr 1). Sebab, transmisi bekerja berdasarkan tekanan fluida dari oli yang diatur secara elektrikal. Bahkan Iwan Abdurachman, Technical Section head PT Toyota Astra Motor wanti-wanti pesan harus benar-benar sesuai dengan spesifikasinya. Tidak boleh terlalu rendah atau tinggi, buntutnya transmisi harus overhaul.
 
Lainnya, periode penggantian harus sesuai dengan anjuran pabrikan. Beda merek, tentu beda masa servisnya. Contoh, Mitsubishi baru diganti setelah 40 ribu km atau Audi dan VW yang pengurasannya setelah menempuh 60 ribu sampai 90 ribu km. Terpenting, jangan terjebak dengan anggapan oli transmisi  long life. Alapagi kemacetan lalu lintas di kota besar di Indonesia sudah sangat parah menuntut stop and go yang tinggi, ditambah kondisi cuaca, semua ini membawa dampak (gbr 2).
 
Sering membawa beban berat atau berlebihan (gbr 3), juga bisa mempercepat umur oli transmisi lantaran mesin dan transmisi bekerja lebih keras, membuat pelumas di kedua part tersebut cepat panas.
 
Kebiasaan mengemudi ikut berperan. Semisal, kala berhenti di lampu rambu (merah), pengendara enggan memindahkan tuas persneling ke D (gbr 4), malah terus menekan pedal rem. Akibatnya, kerja transmisi menjadi lebih. Hasilnya, oli jadi panas dan terjadi gesekan kopling berlebihan. (mobil.otomotifnet.com)