Pembuktian Mencampur Nitrogen dengan Angin Biasa pada Ban Mobil

billy - Selasa, 24 Juni 2014 | 09:04 WIB

(billy - )


Sering dengar kan kejadian kecelakan akibat ban pecah saat melaju di jalan raya? Nah, selain kondisi ban yang sudah jelek atau tertancap benda tajam, salah satu penyebab ban bisa pecah adalah tekanan angin yang berlebihan.

Hal tersebut bisa diakibatkan ketika melakukan pengisian angin, tekanannya terlalu tinggi. Atau terjadi pemuaian udara di dalam ban karena panas. Maklum, udara memang sifatnya mudah memuai ketika terkena panas (bisa terjadi akibat gesekan ban ke aspal atau tertransfer dari panas proses pengereman dan sebagainya).

Makanya, kini tak sedikit pemilik kendaraan memilih mengisi ban dengan nitrogen. Apalagi kini di kota-kota besar, sudah banyak bertebaran tempat-tempat pengisian nitrogen, seperti di SPBU, bengkel dan sebagainya. Soalnya, sifat kimiawi zat yang juga disebut zat lemas atau malas bernomor atom 7 ini tidak gampang bereaksi dengan unsur lain kayak panas.

Tapi jangan coba-coba dicampur dengan angin biasa lo. “Kalau dicampur udara biasa, justru akan membuat tekanan ban cepat naik. Malah bisa lebih tinggi dibanding pakai angin murni,” wanti Rois, petugas pengisian nitrogen di SPBU 43-12510 Ragunan, Jaksel beberapa waktu lalu.

Ardy, kru pengisian nitrogen di SPBU Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakbar binaan Koperasi 57 Karawang (Jabar) juga sependapat. “Jika dicampur angin biasa, gas nitrogennya yang kalah. Malah campuran yang terjadi menciptakan reaksi pemuaian yang lebih cepat saat terkena panas,” tukasnya.  Masa' sih?

Untuk membuktikan ucapan Rois dan Ardy, OTOMOTIF langsung mengujinya di lapangan. Praktiknya di Daihatsu Xenia Xi keluaran 2006. Salah satu ban diisi Nitrogen dengan tekanan sekitar 16 psi (gbr.1). Kemudian dicampur dengan angin biasa menggunakan kompresor mini sampai tekanan ban naik jadi 33 psi (gbr.2) kala diukur penggunakan pressure gauge keluaran Coido.

Selanjutnya mobil dibawa jalan di siang hari bolong, tepatnya sekitar jam 12.30 dimana matahari lagi panas-panasnya. Rute yang ditempuh bervariasi (jalan biasa dan jalan tol) dengan jarak tempuhnya sejauh 29 km.

Lalu tekanan ban pada roda yang setengahnya diisi nitrogen dan setengahnya lagi angin biasa diukur ulang menggunakan alat yang sama. Jreeenngg… Hasilnya ternyata benar ucapan Rois dan Ardy. Jarum penujuk pressure gauge Coido langsung panteng di 36 psi (gbr.3). Artinya terjadi kenaikan tekanan sebanyak 3 psi dari pengisian awal.

Sementara ban yang berisi angin murni hanya mengalami kenaikan 0,5 psi mendekati 1 psi.  (mobil.otomotifnet.com)