Maag VS Driving, Masih Boleh Nyetir Kok...

billy - Jumat, 18 Januari 2013 | 09:04 WIB

(billy - )


Baru berjalan beberapa jam, tahun 2013 diawali dengan kelabu. Terjadi kecelakaan maut antara BMW X5 dan Daihatsu Luxio di tol Jagorawi, merenggut 2 nyawa. Saat kecelakaan, sang pengemudi dikabarkan tengah menjalani perawatan maag. Tapi ini bukan berarti penyakit maag memicu kecelakaan. Penderita maag masih boleh nyetir kok.

EFEK GANGGUAN KONSENTRASI

Penyakit maag dan aktivitas mengemudi memang memiliki kaitan erat. Keduanya bisa saling mempengaruhi. Mengemudi dalam waktu lama, terlebih saat cuaca kurang bersahabat seperti saat ini. Penyakit maag kambuh karena makan terlambat dan kurang teratur, waktu tempuh dan jadwal pengguna jalan makin sulit diprediksi dan panjang, karena macet sehabis hujan.

Tak hanya terlambat makan, stres yang muncul akibat macet juga makin memicu kambuhnya penyakit maag. Dalam kondisi stres, semua sel-sel tubuh bereaksi tidak sewajarnya. Lambung merupakan bagian yang paling cepat mengalami gangguan.

Dalam kondisi tidak normal, capek atau stres, produksi asam lambung akan semakin banyak. “Kenapa orang yang stres lebih sering sakit maag? Karena asal lambungnya meningkat,” kata dr. Mahesa Pranadipa Maikel, MH.
   
Lalu bagaimana pengaruh penyakit maag terhadap kemampuan mengemudi? Menurut dr. Zainal Abidin MH.Kes, sakit maag pada dasarnya merupakan jenis penyakit yang diderita dalam jangka waktu lama. Bukan penyakit yang muncul secara tiba-tiba.

Efek yang membahayakan keselamatan dan kemampuan mengemudi lebih karena terganggunya konsentrasi oleh gejala saat kambuh. “Kalau kambuh perut perih, keringat dingin, mual dan ingin muntah. Efeknya sudah pasti mengganggu konsentrasi mengemudi,” kata ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini.
  
 Ini berlaku tidak hanya pada penderita maag saja. Semua jenis penyakit, bila gejalanya mulai mengganggu konsentrasi mengemudi bisa jadi potensi bahaya. Selain itu, tidak ada pengaruh langsung penyakit maag yang membuat seseorang dilarang mengemudi.

“Saya belum pernah baca orang sakit maag tidak boleh mengemudi. Kalau orang ngantuk dilarang nyetir, itu sudah pasti. Orang punya sakit maag, tidak boleh nyetir kalau kambuh dan sakitnya sudah tidak tertahankan. Lebih baik minggir daripada membahayakan diri dan orang lain,” lanjutnya.
   
Pengobatannya pun tidak ada efek samping seperti batuk dan pilek. “Obat batuk dan pilek biasanya mengandung CTM yang bikin ngantuk. Kalau obat maag, tidak ada efek ngantuk, karena hanya untuk menetralkan asam lambung aja,” jelas dr. Zainal. (mobil.otomotifnet.com)