Jakarta - Hai, aku EVA. Kenalkan, aku mobil listrik asal Singapura. Ya, diam-diam Singapura selangkah lebih jauh dari Indonesia dalam pengembangan mobil listrik. Meskipun akan digunakan sebagai taksi, namun Eva setidaknya sudah bisa digunakan publik, bukan hanya stagnan di prototipe saja.
Harga mobil yang super mahal di Singapura, membuat taksi listrik ini bisa menjadi solusi. Proyek ini dapat dukungan penuh dari National Research Foundation, sebuah departemen di bawah pemerintahan Singapura.
Meski begitu, dalam pengembangannya EVA gak murni dikerjakan Singapura sendiri, karena dalam pengembangannya ada campur tangan para insinyur dari Technische Universitat Munchen, Jerman dengan Nanyang Technological University (NTU), jadi EVA merupakan blasteran JErman-Singapura.
EVA dirancang untuk kondisi tropis, sehingga wajar kalau rancangan sistem pendingin kabin sangat diperhatikan. Sistem sirkulasi udara dan AC terletak pas diatas kepala, sehingga penyebaran udara lebih optimal. EVA pun dilengkapi kipas pendingin pada jok.
Karena daya jelalah taksi setiap harinya yang pasti lebih jauh dari mobil pribadi, para insinyur perancang EVA menyematkan fitur isi ulang cepat pada baterainya, sehingga nggak perlu seharian, tapi cukup 15 menit saat isi ulang dan bisa berjalan kembali sejauh 200 km.
EVA dilengkapi dengan baterai 50 Kwh yang menghasilkan tenaga 67 dk. Tenaga yang lumayan, karena dari hasil pengujian, akselarasi dari diam sampai 100 kpj didapat dalam waktu 10 detik. Apalagi sasis monokok berbahan carbon fiber reinforced polymer (CFRP) terbilang ringan dan kuat.
Wah, melihat dan berkenalan dengan EVA, jadi teringat mobil-mobil listrik buatan Indonesia. Apa kabarnya ya? (mobil.otomotifnet.com)