Jakarta - Makin mahalnya harga BBM dari waktu ke waktu yang disebabkan kelangkaan minyak bumi memaksa pemerintah untuk menghasilkan bahan bakar alternatif terbarukan seperti biofuel yang dihasilkan oleh tanaman.
Sayangnya, jika beberapa waktu lalu pemerintah sempat menguji beberapa bahan bakar alternatif, seperti solar jarak dan ethanol, saat ini justru tak ada lagi gaungnya.
Menanggapi hal tersebut, Muhidin, Staf Dirjen Migas Kementerian ESDM menyatakan jika saat ini pemerintah telah mengizinkan penggunaan bio fuel seperti ethanol. “Ethanol dari sisi pemerintah sudah mengizinkan. Namun masih terkendala dari sisi ekonomi, dengan subsidi kurang harganya tak akan mampu bersaing,” urainya.
Dirinya menambahkan jika saat ini ketersediaan dan peraturan pemerintah mengenai sumber energi alternatif dan terbarukan sudah disahkan. “Bahkan rencananya pada tahun 2025 sudah bisa memakai 17 persen bahan bakar alternatif,” ungkap Muhidin pada seminar bertajuk Penggunaan Octane Enhancer Non Oxygenate Dalam Bahan Bakar Bensin pada Rabu (3/7).
Lebih jauh, pihak peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) Lemigas menyatakan hasil gas buang dan efisiensi campuran bbm dan ethanol sangat baik.
“Ethanol 5 persen, dicampur dengan bbm hasilnya bagus. Tapi kekurangannya adalah pengaruh pada komponen mesin. Nah, ini tugas produsen untuk kesiapan teknologi mereka pada aplikasi ethanol,” pungkas Lies Aisyah, peneliti dari PPPTMGB. (mobil.otomotifnet.com)
Sayangnya, jika beberapa waktu lalu pemerintah sempat menguji beberapa bahan bakar alternatif, seperti solar jarak dan ethanol, saat ini justru tak ada lagi gaungnya.
Menanggapi hal tersebut, Muhidin, Staf Dirjen Migas Kementerian ESDM menyatakan jika saat ini pemerintah telah mengizinkan penggunaan bio fuel seperti ethanol. “Ethanol dari sisi pemerintah sudah mengizinkan. Namun masih terkendala dari sisi ekonomi, dengan subsidi kurang harganya tak akan mampu bersaing,” urainya.
Dirinya menambahkan jika saat ini ketersediaan dan peraturan pemerintah mengenai sumber energi alternatif dan terbarukan sudah disahkan. “Bahkan rencananya pada tahun 2025 sudah bisa memakai 17 persen bahan bakar alternatif,” ungkap Muhidin pada seminar bertajuk Penggunaan Octane Enhancer Non Oxygenate Dalam Bahan Bakar Bensin pada Rabu (3/7).
Lebih jauh, pihak peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) Lemigas menyatakan hasil gas buang dan efisiensi campuran bbm dan ethanol sangat baik.
“Ethanol 5 persen, dicampur dengan bbm hasilnya bagus. Tapi kekurangannya adalah pengaruh pada komponen mesin. Nah, ini tugas produsen untuk kesiapan teknologi mereka pada aplikasi ethanol,” pungkas Lies Aisyah, peneliti dari PPPTMGB. (mobil.otomotifnet.com)