OTOMOTIF berhasil menemui salah satu bos oli palsu rumahan dan mewancarainya langsung di rumahnya yang sekaligus menjadi tempat produksi. Saat berkunjung, aroma khas oli langsung menusuk hidung, di sekeliling ruangan dipenuhi tumpukan botol oli bekas. Sang tuan rumah, sebut saja Andi (nama samaran) sempat was-was, takut kalau kedatangan OTOMOTIF diikuti oleh aparat penegak hukum. Setelah memastikan aman, baru raut wajahnya terlihat tenang.
Memasuki ruang belakang tampak sejumlah alat pengepres botol dan kaleng berjejer di sudut ruangan. Beberapa buah oli palsu pun terlihat sudah selesai dikemas. Bersama kelompoknya ia berhasil memproduksi 2 lusin oli palsu dalam satu hari. “Jika lancar, satu hari bisa dapat 2 lusin oli. Harga jualnya tidak berbeda jauh dengan oli asli,” ujar Andi seraya bilang pangsa pasarnya adalah bengkel-bengkel kecil yang telah jadi langganannya. Oli yang dipalsukan adalah semua merek sesuai dari botol yang didapatnya dari para pengumpul.
Tanggapan Produsen Resmi, Produk Asli Memiliki Ciri
Maraknya pemalsuan oli ditanggapi secara tegas oleh manajemen Federal Oil (PT Federal Karyatama). “Ini soal kesadaran hukum, tidak hanya pabrikan saja yang dirugikan tetapi masyarakat kena dampaknya. Untuk menanggulangi ini kami melakukan perubahan secara periodik. Misalnya tutup botol Federal Oil diganti setiap 3 tahun sekali, teknologinya dari Jerman,” jelas Rudy Hartono, Vice President PT Federal Karyatama.
Terdapat 2 metode untuk mengenali oli palsu, yakni secara visual dan laboratorium. “Visual dilakukan dengan cara membuka tutup botol, kemudian cermati sealnya apakah sesuai standar dari Federal Oil. Untuk kemasan sendiri biasanya cenderung agak kotor jika menggunakan kemasan bekas pakai. Oli palsu juga memiliki bau sangit. Selanjutnya tes laboratorium untuk medapatkan hasil yang lebih akurat,” urai Heru Purwoko, Product Manager PT Federal Karyatama.
Pertamina yang termasuk marak produknya dipalsukan telah melakukan sosialisasi untuk mengidentifikasi oli palsu. “Caranya dapat melihat dua deret nomor delapan digit yang identik. Nomor tersebut adalah batch produksi yang di desain khusus sebagai alat kontrol mutu pelumas Pertamina,” ungkap Ali Mundakir, Vice President Communication Pertamina.
Dua baris nomor batch yang ada di tutup botol dan pada leher botol harus identik. Sehingga botol bekas akan sangat sulit digunakan oleh pemalsu karena pencetakan nomor identik hanya bisa dilakukan dengan alat laser marker di pabrik Pertamina Pelumas. “Jika pengaman ini suatu saat bisa ditembus oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, Pertamina akan bisa melacaknya dengan cara menguji pelumas yang dicurigai menggunakan alat Fourier Transform Infra Red (FTIR) yang akan menghasilkan sidik jari pelumas yang dicurigai dan membandingkannya dengan sidik jari master sample pelumas yang ada di laboratorium Pertamina Pelumas,” papar Ali merinci. (mobil.otomotifnet.com)