Jangan niatnya baik, tapi justru mengundang petaka...
Jakarta - Melihat judulnya, kok bisa begitu ya. Bukannya harus sampai banyak berkorban demi cinta? Benar demikian jika dalam arti positif. Tapi kalau justru berdampak negatif, jelas seperti judul yang tertera.Sebagai wujud cinta terhadap sang buah hati, tanpa disadari justru kerap membahayakan nyawanya.
Saat ini masih terlihat pengendara yang memangku atau menggendong anak saat nyupir. "Jelas ini sangat berbahaya dan tidak dibenarkan," tegas Bintarto Agung, instruktur dari IDDC (Indonesia Defensive Driving Course).
ada 4A
Dijelaskan oleh pria yang senang kompetisi motorsport ini ada 4 A yang harus dimiliki oleh pengendara yang baik dan bijak. Yakni awareness, alertness, attitude, dan anticipation. Oleh karena itu memangku atau menggendong anak saat berkendara sudah sangat jelas tidak memenuhi kriteria 4 A tersebut.
Konsenterasi pengemudi otomatis akan terpecah kalau harus memangku anak
Meski berjalan pelan dan pakai transmisi otomatis, kejadian fatal tetap bisa terjadi. Bayangkan, saat memangku dan memegang sang buah hati (berarti mengemudi hanya satu tangan-red), tiba-tiba ada kendaraan yang mengerem mendadak.
Harga child seat memang enggak murah, tapi nyawa anak enggak ada yang jual
Sambil memangku, jelas pikiran akan terganggu. Antara melakukan pengereman mendadak dan memegang anak supaya tidak jatuh. Tanpa disadari hal ini akan membuat kagok pengendara sekitar dan sangat mungkin terjadi kecelakaan fatal.
Perilaku ini juga membuat antisipasi atau refleks dari pengendara sangat berkurang. Padahal ketika berkendara, reflek tinggi sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Selain itu, dengan memangku atau memegang anak, justru menjadikan sang buah hati sebagai tameng bagi pengendara.
Saat terjadi benturan antar kendaraan, bagian tubuh anak dahulu yang menghantam bagian mobil seperti lingkar kemudi. Setelah membentur lingkar kemudi, masih ‘didorong' lagi oleh tubuh pengendara yang jauh lebih besar. Akibatnya terkena dua kali hantaman yang cukup keras.
Ngeri membayangkannya. Jangan berkilah kalau mobil aman karena ada airbag di lingkar kemudi. "Itu justru bahaya. Yang terkena hantaman pertama kan berarti sang anak. Ditambah jarak dengan lingkar kemudi cukup dekat. Jadi dipastikan hantaman yang akan diterima sangat besar," tambah Bintarto yang akrab dipanggil Tato.
DUDUK SENDIRI
Bahkan beberapa mobil yang ada airbag pada sisi penumpang selalu terpampang anjuran, kalau anak harus duduk di bangku sendiri dan terikat kuat. Sebab itulah kini tersedia berbagai kursi khusus untuk anak-anak ketika berkendara. Memang memakan space kabin saat membawanya, namun memberi dampak aman.
Meski sudah pakai kursi khusus, jangan lantas berpikir aman. Ikat dan pasang yang benar supaya fungsinya maksimal. Ikuti instruksi pemasangan yang ada dalam kemasan. Jangan juga berkilah kalau sudah menggunakan safety belt. Dalam penggunaan sabuk pengaman juga ada aturannya.
Harus melintasi tulang leher dan bahu. Kemudian sisi bawah harus melingkar di tulang pinggul bukan perut. Karena bisa menyebabkan internal injury pada organ tubuh bagian dalam saat menahan beban benturan. Opsi ‘mengikat' anak pakai safety belt jadi satu dengan pengendara juga bukanlah solusi.
Sebab dengan demikian, keduanya justru tidak terikat dengan benar. Potensi akibat fatal sangat mungkin diterima keduanya. Ingat, tidak pernah ada yang bisa menebak kejadian dan keadaan lalu lintas. Semua sangat mungkin terjadi pada waktu yang tidak pernah diketahui dan dikira-kira. Perilaku berkendara yang baik juga sebagai wujud cinta pada keluarga kok. Tidak perlu sampai ‘menyimpan' nyawa diujung tanduk. • (otomotifnet.com)