Jakarta - Elvira Yovita, pemilik Honda Brio berkelir biru, menunjukkan ada yang istimewa pada kap mesin miliknya. “Ini dry carbon dengan keunggulan lebih tipis, enteng dan enggak gampang rusak,” terangnya. Kalau ada dry carbon, berarti juga ada wet carbon? “Saat ini yang banyak dilakukan adalah teknik wet carbon.
Proses dry carbon baru bisa dilakukan oleh modifikator Surabaya dan salah satunya Cattleya Auto
Di mana bahan dari fiberglass yang kemudian dilapisi serat carbon,” kata Christian Pangestu Budiyanto dari rumah modifikasi Cattleya Auto. Sedangkan teknik dry carbon, benar-benar berbeda dengan wet carbon.Paling jelas adalah tidak menggunakan bahan fiberglass yang kemudian dilapisi dengan serat carbon.
Bahan baku dry carbon banyak yang harus diimpor, makanya sangat tergantung dolar Amerika dan bikin harganya mahal
Setelah bahan-bahan yang dibutuhkan masuk ke dalam moulding. Dengan vakum kompresor, udara dalam moulding disedot keluar dan berbarengan dengan itu resin masuk ke dalam. “Jadi seperti Elvira yang ingin kap mesinnya pakai dry carbon, maka Cattleya Auto membuatkan cetakannya terlebih dahulu dan kemudian melakukan proses pembuatan.
Kalau proses wet carbon melapisi bahan dari fiber, hasilnya jadi terlihat tebal
Jadi bukan melapisi bidang yang sudah ada,” jelas pria yang workshop-nya di Jl. Lontar, Surabaya. Dry carbon sendiri cukup popular di luar negeri dan Inggris jadi negara yang mempopulerkan. Namun enggak semua bahan pendukung proses dry carbon diproduksi di sana, beberapa bahkan mereka datangkan dari Cina. “Saat ini, Rusia yang sedang gandrung dengan dry carbon,” kata Christian.
Ada beberapa hal yang membuat hasil akhir dry carbon memiliki ciri tersendiri. Seperti pada semua permukaannya (dari tepi sampai tengah) memiliki ketebalan yang rata, juga memiliki umur pakai yang cukup lama. Dilihat secara detail, maka bentuk dari motif serat karbonnya berbeda dengan proses wet carbon.
Bila yang dry bentuknya lebih mengarah ke oval, sedangkan wet kelihatan lancip-lancip. Pun begitu soal resinnya, Christian memastikan bahwa harganya 10 kali lipat lebih mahal dari yang dipakai pada wet carbon. Efeknya, budget yang dikenakan ke konsumen juga relatif wah.
“Untuk kap mesin Brio seperti milik Elvira yang layer carbon-nya sisi atas dan bawah, biayanya Rp 7 juta. Tapi kalau mau atas saja, cukup Rp 4,5 juta,” papar pria yang kasih label apa yang dikerjakan dengan nama Carbon Tech. • (otomotifnet.com)
Carbon 5D Super Glossy
Selain carbon asli, ada juga look like carbon dan yang satu ini menggunakan bahan stiker. Selama ini stiker carbon yang digunakan, memiliki motif serat yang lebih besar dari aslinya Dengan menggunakan sticker Carbon 5D Super Glossy, bikin tampilan look like carbon lebih mirip aslinya.
Motif serat hasil dry carbon bentuknya lebih oval
“Itu dikarenakan desain dan dimensi motifnya, mirip dengan carbon asli,” kata Reynard Swandoko Suko, spesialis stiker grafis dari R’n ARTS di Jl. Panjang Jiwo, Surabaya. Aplikasinya lebih bagus dan rapi pada bidang datar. Butuh skill tinggi agar pengerjaan pada bidang yang banyak lekukan, terlihat rapi.
Soal harga, untuk pemakaian Carbon 5D Super Glossy di bawah 5 meter, maka harga yang dipatok Rp 235 ribu/meter. “Kalau lebih dari 5 meter, kasih harga Rp 215 ribu/meter. Soal ongkos kerja, tergantung bidang yang dikerjakan,” ungkap Reynard.