Bandung - Kota Bandung memang punya sejuta rasa. Tak hanya membuat pelancong betah dengan cafe-cafe unik, kuliner lezat dan pusat-pusat belanjanya. Tapi juga muatan sejarah yang masih kental di kehidupan urang Bandung dan berbagai bagian kotanya. Dari perjuangan melawan DI/TII Kartosuwiryo, Konferensi Asia Afrika hingga toko roti yang berdiri sejak jaman Belanda.
Kali ini OTOMOTIFNET beruntung, tak perlu menjelajahi padatnya jalanan Bandung di akhir Minggu untuk mengeksplore menariknya Bandung di masa lalu. Semua tumplek blek, siap dijelajahi dan dicicipi dalam Festival Bandung Baheula 2015 di Koridor Bandung Tempo Doloe, Kota Baru Parahyangan (KBP), Padalarang, Jabar (28-29/3).
Bagi penggemar otomotif, Bandung jadul tak kalah menggairahkan dengan Bandung modern. Festival Bandung Baheula merupakan event tahunan, yang jadi ajang kumpulnya para pencinta pernik jadul dan bersejarah. Dari sepeda, motor dan mobil hingga musik dan kuliner.
Perjalanan dimulai dari Lorong Bandung Baheula, seperti museum yang diusung ke tengah festival. Di tengah tenda memanjang ini dipajang berbagai foto-foto bersejarah koleksi museum dan lembaga-lembaga pendidikan dari Bandung.
Dari foto kawasan Cadas Pangeran di jalan raya Bandung-Sumedang di tahun 1786, yang masih berupa jalan tanah dikeliling sawah, gunung dan tebing-tebing batu, Stasiun Bandoeng di 1900, mobil uap pejabat perkebunan Belanda seperti Boscha, Kerkhoven dan Mollinger di tahun 1904, hingga pemecah biji kopi dengan cara mengigit di tahun 1820.
Begitu keluar lorong, ada Si Dukun atau Si Gajah. Ini bukan koleksi berbau klenik, tapi sebuah bus produksi pabrik Chevrolet di Jakarta yang kini menjadi museum kelilingnya Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Si Dukun merupakan sebuah ambulance yang aktif beroperasi antara 1957-1962 di Rumah Sakit Majalaya, Jabar.
Pada masa aktifnya, Si Dukun menjadi andalan tim kesehatan untuk menyelamatkan korban-korban pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo di Jabar. Si Dukun turut berjasa dalam operasi militer Kodam III Siliwangi di daerah Cijapati, Cihanyir, Rancakole, Ibun, Paseh, Ciekek, hingga tertangkapnya tokoh-tokoh DI/TII Kartosuwiryo di derah Paseh (Gunung Geber), Majalaya. Kabin ambulance ini sekarang diisi pemutar film, yang menyuguhkan film-film perjuangan dan dokumenter Indonesia dari berbagai era. (otomotifnet.com)