Harga BBM Bersubsidi Naik Turun, Awas Jebakan Batman!

Dimas Pradopo - Jumat, 16 Januari 2015 | 13:07 WIB

(Dimas Pradopo - )



Belum lama harga Premium naik, namun kemudian diturunkan lagi harganya. Alasannya, harga minyak mentah dunia menurun. Tetapi nanti harganya akan naik lagi ketika harga minyak mentah dunia terkerek harganya. Wah!

Jakarta - Persis tanggal 1 Januari 2015 pemerintah menurunkan harga jual Premium dan Solar. Jika November tahun lalu sempat menaikan dari Rp 6.500 ke harga Rp 8.500/liter, sekarang turun lagi jadi Rp 7.600/liter. Sedangkan harga solar dipatok Rp 7.250 dari Rp 7.500/liter.Pemerintah hanya mensubsidi Solar. Sedangkan Premium tidak dan harganya dibiarkan mengambang mengikuti pergerakan harga jual minyak mentah dunia.

 “Karena harga minyak dunia lagi turun, makanya harga Premium juga turun. Tetapi masyarakat harus hati-hati, jangan sampai masuk ‘Jebakan Batman’,” ungkap Marwan Batubara, pengamat perminyakan sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies di Jakarta.Harga akan dievaluasi setiap bulan. Biasanya dari tanggal 25 bulan ini hingga 24 bulan berikutnya. Bisa semakin turun atau bahkan naik. 

“Kalau harga minyak dunia tinggi harga Premium juga akan tinggi, maka masyarakat harus siap mental. Pemerintah juga harus menjelaskan secara transparan kepada masyarakat agar tidak masuk ‘Jebakan Batman’ tadi,” tambah pria berusia 60 tahun ini.Sebenarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga Premium saat ini. Pertama adalah harga minyak mentah dunia yang mengacu ke MOPS (Mid Oil Platt’s Singapore atau harga di bursa minyak Singapura), lalu nilai tukar Rupiah dan dan Alpha.

“Untuk Alpha itu adalah biaya distribusi dan margin, biasanya ditentukan oleh pemerintah dan DPR,” tambah ayah 3 anak ini.“Kalau harga minyak dunia tinggi harga Premium juga akan tinggi, maka masyarakat harus siap mental."



Marwan Batubara

Berdasarkan Kepmen ESDM No. 2187/2014 untuk alpha Premium adalah 3,32% MOPS + Rp 484/liter. Selanjutya ditambahkan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5%.Selain itu harga juga dipengaruhi oleh biaya penyimpanan, biaya pengangkutan dan biaya pengolahan kalau ada. Belum ditambah lagi dengan keuntungan untuk SPBU. “Jadi banyak faktor yang ikut menentukan. 

Sayangnya pemerintah belum transparan soal ini. Bisa jadi jika harga minyak dunia naik US$100 per barel, harga Premium naik jadi sekitar Rp 9.500 hingga Rp 10 ribu per liter,” ujar Marwan lagi.

Hal yang dijelaskan oleh Marwan tentu akan membuat konsumen gundah. Sebab berdasarkan temuan tim riset OTOMOTIF (lihat Tabel I, II dan III), konsumen otomotif masih dominan yang membeli Premium. Merepotkan memang kalau harga naik turun tiap bulan! (otomotifnet.com)

Simulasi Perhitungan Harga Premium

Asumsi MOPS US$70/barel  Harga Pokok BBM = MOPS + Alpha
US$1 = Rp 12.500
1 barel = 159 liter
MOPS per liter : 70/159 x Rp 12.500 = Rp 5.503/liter
Alpha = (3,32% x Rp 5.503) + Rp 484/liter = Rp 666/liter
Harga Pokok Rp 5.503 + 666 =         Rp 6.169/liter
PPN 10%                             Rp    616/liter
PBBKB 5%                        Rp   308/liter
Harga keekonomian                 Rp 7.093/liter

Asumsi MOPS US$100/barel  Harga Pokok BBM = MOPS + Alpha
US$1 = Rp 12.500
1 barel = 159 liter
MOPS per liter : 100/159 x Rp 12.500 = Rp 7.862/liter
Alpha = (3,32% x Rp 7.862) + Rp 484/liter = Rp 745/liter
Harga Pokok Rp 7.862 + 745 =         Rp 8.607/liter
PPN 10%                             Rp    860/liter
PBBKB 5%                        Rp   430/liter
Harga keekonomian                 Rp 9.897/liter
Pilot



Premium dan Pertamax 'beti', beda tipis...
Pasar Akan Stagnan
Potensi fluktuasi harga di semua jenis BBM di tahun ini jelas bukan kabar gembira bagi industri otomotif. Ditemui saat “Media Gathering” akhir tahun lalu (10/12), Rahmat Samulo sebagai Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor menyebutkan, “Untuk semester pertama tahun depan (2015) kondisinya memang agak berat, tetapi pada semester kedua kondisinya akan lebih baik.”

Beratnya kondisi tidak lain menurutnya dampak dari naiknya harga BBM bersubsidi baru akan terlihat pada tiga sampai enam bulan pertama sejak harga baru ditetapkan. Pada kenyataannya harga BBM diturunkan lagi. Sejurus kemudian ia menjelaskan bahwa tahun 2015 akan jadi masa stagnan.Kegusaran Rahmat juga disampaikan oleh Rizwan Alamsjah, sebagai Marketing Executive Director PT. Krama Yudha Tiga Berlian.

 “Dengan BBM turun khususnya non subsidi, memberikan kesan positif bagi penjualan mobil di tahun 2015. Asalkan harga BBM non subsidi tersebut bisa bertahan lama, bukan penurunan sesaat yang cuma bertahan beberapa bulan saja. Karena efek kenaikan BBM cukup mempengaruhi penurunan penjualan mobil, seperti di tahun 2014 kemarin,” pungkasnya. Jonfis Fandi selaku Marketing & After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM) juga menyebutkan bahwa dampak dari kenaikkan harga BBM bersubsidi yang kemudian turun lagi membuat masyarakat dalam posisi menunggu. 

“Perlu beberapa bulan untuk penyesuaian. Harapannya keputusan (pemerintah) ini bisa membuat pasar belajar sebentar dan kemudian (merespon) positif ke depannya.” 

Premium Ditiadakan Saja!
Potensi fluktuasi harga BBM tahun 2015 tidak lain akan membuat konsumen juga yang harus menerima getahnya. Andri Mulyadi yang juga anggota Honda Street Fire Club Indonesia kontan menginginkan kalau Premium ditiadakan sekalian. “Sejak harga premium menjadi Rp 8.500 saya sudah putuskan beralih ke Pertamax,” katanya sambil menjelaskan soal selisih harga yang tidak beda jauh antara Premium dan Pertamax. 

Kegundahan soal kemungkinan naik turunnya harga premium diutarakan pula oleh Remy Parulian. Warga kawasan Jebres kota Solo ini lebih menginginkan harga yang fixed. Anggota Holden Owners Solo ini lebih melihat dampak berantai setiap ada kenaikkan harga Premium. Terutama terhadap produk sembako. “Ya menurut saya untuk saat ini lebih baik dibuat kepastian (harga), dan sebisa mungkin pemerintah cepat-cepat untuk bisa mandiri terhadap migas di indonesia . 

Dan yang paling penting jangan sampai ada langka BBM,” pinta Ronald Ardiles yang biasa membesut Honda Integra dan anggota Creed Autoclub Surabaya itu. Biar begitu, konsumen yang dihubungi OTOMOTIF tadi mengaku juga siap untuk beralih sepenuhnya ke Pertamax. “Saya rasa tidak jadi masalah apabila harga premium tidak jauh lebih murah dari Pertamax, selagi masih terjangkau dengan kemampuan kita,” tukas Atut Dian Cahyadi yang juga pengurus komunitas Stream Solo Raya.

Tentu asal ada kepastian pasokan BBM non Premium! (otomotifnet.com)