Cerita dimulai dari kelas YZF-R25 Professional. Rey Ratukore tampil jadi juara meski tak start dari grid baris terdepan. Di awal lomba ia merangsek maju dan sukses meninggalkan posisi kedua dengan jarak dua detik.
"Mesinnya enggak banyak berubah, hanya bore up dan porting polish. Klep masih standar, ganti knalpot, ECU standar pakai piggyback. Tapi fokusnya justru di kaki-kaki," buka Eddy Saputra dari Yamaha DS Moto Racing Team yang menyiapkan motor untuk Rey.
"Mesin kencang untuk dua atau tiga lap saat kualifikasi enggak ada masalah, pasti hasilnya bagus. Tapi ketika race, yang penting konsistensi tiap lap-nya. Kalau seting suspensi tepat motor lebih cepat ditikungan, stabil dan enggak bikin ban cepat habis," paparnya sambil menunjuk sokbraker depan dengan 'isian' Ohlins yang dipesan khusus dari Swedia.
Luarnya standar, tapi jeroannya full adjustable. "Belum ada rencana dijual karena ini pesanan khusus, harganya sekitar Rp 8 jutaan," papar Eddy yang juga memegang lisensi sebagai distributor resmi Ohlins di Tanah Air.
Turun ke kelas yang kapasitas mesinnya lebih kecil, YZF-R15 profesional. Juara satunya, Ivan Atmaja juga turun pakai korekan mesin minimalis.
"Mesinnya mirip spek Jupiter MX untuk turun fun race. Memang dibore up jadi 177cc, ganti noken as, klep dan porting polish tapi throttle bodi standar, ECU juga standaran aja," beber Usay, mekanik B-Pro Federal Oil Revpro Ilegal Racing.
"Kalau mau lebih kencang lagi juga bisa tapi buat apa, yang ada malah pembalap susah bawanya. Segini saja sudah cukup, tinggal fokus di kaki-kaki," papar pria ramah yang menyabet gelar best mechanic di Sunday Race R Cup seri perdana ini.
Agar sokbraker depan enggak getar, segitiga atas diganti ditambah dengan stabiliser sokbraker depan. "Order khusus nih, dua hari sebelum balap kita bikin pakai mesin CNC," lanjut Usay.
Sedang sokbraker depannya standar saja, hanya dipasangi preload untuk menyetel kekerasan. "Per dan cartridge standar ting-ting," candanya sambil memuji kehebatan rangka Yamaha. "Paling seneng seting Yamaha, rangkanya hanya butuh sedikit penyesuaian untuk bisa stabil," paparnya
Agar center gravity condong ke depan, Ia dan sang pembalap Ivan Atmaja sepakat memotong rangka bagian belakang dan menggantinya dengan alumunium.
"Bobot di buntut berkurang 3kg. Seperti orang bawa boncengan kalau di belakang berat pas keluar masuk tikungan seperti ada yang membebani, tapi sekarang lebih nurut dan lincah," aku Ivan.
Melakukan setingan step by step seperti ini diyakini masih menjadi pekerjaan rumah tim dan pembalap di Indonesia. "Kebanyakan langsung bikin mesin sekencang-kencanganya, padahal belum tentu lebih cepat," jelas M. Abidin, GM After Sales & Motorsport PT YIMM.
"Sebaiknya kenali karakter mesinnya dulu, lakukan ubahan-ubahan sederhana sambil seting kaki-kaki, lalu naik step by step jangan langsung diganti ini-itu semuanya. Jangan lupa catat terus semua progress-nya. YZF-R25 misalnya, standarnya sudah 14.500 rpm dan powernya juga besar, sudah mendekati limit," wanti Abidin.
Di event ini, Yamaha juga melakukan edukasi menggunakan CLV (Circuit Log Viewer) teknologi untuk mengetahui riding skill dan menjadi panduan melihat perkembangan setingan motor di sirkuit permanen Sentul. Nah, khusus CLV ini diulas sendiri di tulisan berikutnya ya! (otomotifnet.com)