Dua pabrikan besar sudah memberi sinyalemen untuk masuk ke kelas sport 150 cc, jika kelas ini digelar dalam sebuah kejuaraan terbuka. Ini jelas bisa mendorong kelas ini makin populer meski seperti halnya balap motor zaman 2-tak dulu.
Selain ajang pembibitan, kelas ini membuka peluang balap motor melibatkan pemain dalam skala besar.
Apalagi jika digerakkan pabrikan. Meski, sejumlah konsekuensi menanti
Apalagi jika digerakkan pabrikan. Meski, sejumlah konsekuensi menanti
Dalam sebuah kesempatan, Supriyanto, Manajer Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) memberikan penilaian positif terhadap kelas ini. Pasalnya, Yamaha sendiri menyadari banyak hal yang harus dibenahi ketika hendak bermain di level dunia menggunakan motor sport. "Butuh tahapan yang sesuai agar pembalap Tanah Air kompetitif dengan membesut motor jenis sport. Kelas sport 150 cc, sepertinya menjanjikan sebagai tahap awal pembalap Indonesia mengasah skill menuju jenjang dunia," ujarnya.
Hanya perlu sedikit sentuhan teknis
Sedikit mereview ke belakang, Anggono Iriawan, Manajer Motorsport AHM juga mengomentari hal serupa. Malah sudah memberi garis besar idealnya kelas ini. Yakni kondisi mesin standar atau minim modifikasi agar tak membebani dari sisi biaya. Dihubungi kembali (15/4), komennya enggak berubah. “Racing memang mahal. Tapi jangan terlalu mahal. Jadi motor enggak terlalu ekstrem tapi (titik berat) lebih ke orangnya,” papar Anggono.
Lalu mengapa ketika pabrikan menyatakan kesiapannya, momen ini begitu penting untuk segera direalisasikan? Memang, balapan yang bagus itu jika digerakkan oleh komunitas, diatur regulasi, diliput oleh media barulah punya daya tarik untuk dilirik oleh sponsor atau pabrikan.
Tetapi kondisi di lapangan sebaliknya. Komunitas ramai, pabrikan enggak support, ya begitu-begitu saja jadinya. Sebaliknya, jika pabrikan turun, membawa industri di belakangnya, balapan jadi meriah.
Supriyanto. Mengasah skill menuju jenjang dunia
Konsekuensinya, peserta tanpa support kuat hanya akan jadi partisipan. Apalagi jika regulasi kelas ini terbuka untuk modifikasi bebas. Kucuran dana untuk riset akan menentukan siapa yang akan menjadi juara.
Namun dengan limitasi seperti disarankan Anggono tadi, maka kondisi tersebut enggak bakal terjadi. Karena peran pembalap lebih menentukan daripada settingan motor. Pembalap tim kecil bisa bertempur dengan tim besar.
Nah, sampai di titik ini, kelas sport 150 cc ini sebenarnya lebih urgent untuk direalisasikan. Pasalnya, pembibitan pembalap yang hendak terjun ke kelas di atasnya, bisa dimulai dari kelas ini. Di samping, potensi tingkat partisipasi yang tinggi.
Saat ini, gelaran yang mengakomodasi kelas sport hanya ada di Indospeed Race Series (IRS) di sirkuit Sentul dan beberapa putaran di Honda Racing Champhionship. Tahun ini juga dibuka kelas utama 150 cc di kejuaraan Indoprix milik Indospeed. Hanya saja, Bambang Gunardi, bos Indospeed Motorsport Management yang memegang gelaran balap IRS dan Indoprix belum memberi jawaban atas hal ini.
Anda siap menyambut kelas sport 150 cc? (otosport.co.id)