Statement ini mungkin sedikit provokatif. Tetapi nyatanya Indonesia tengah bergerak menuju puncak balap internasional, MotoGP. Sayang, kelas penunjangnya, sport 150 cc justru masih kosong. Padahal, kelas ini berpotensi merangkul peserta pemula yang melibatkan khalayak umum, bukan hanya pembalap pabrikan. Oya, jangan sebut sport 250 cc dulu. Sebab polemik satu dan dua silinder memang tak menemui kesetaraan dan sulit untuk disebut pembibitan yang sehat. Wajar.
Kelas sport 150 cc sendiri bisa dimaklumi kosong lantaran ketersediaan produk. Yamaha R15 misalnya, konon baru ada tahun ini dan Honda sendiri masih pakai CB150R Streetfire untuk balap ‘internal’ mereka. Meski bisa saja kedua produk, Yamaha New V-Ixion Lightning dan CB150R Streetfire bertemu di lintas balap. Hanya saja, belum ada wadah untuk menampung peserta motor batangan 150 cc.
Ganjalan 150 cc dikemas campuran ada sport alias batangan dan motor bebek alias underbone
Nah, kini, dengan hadirnya kelas 150 cc yang sementara ada di Indoprix, rasanya juga masih belum maksimal kalau kelas 150 cc jadi feeder ke kelas yang lebih tinggi. Bukan hanya soal sirkuit yang memakai sirkuit kecil namun juga kemurnian kelasnya.
Analisis OTOMOTIF di lampiran E Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor tentang regulasi teknis, regulasi mengurai dengan jelas untuk tiap jenis motor. Baik bebek (underbone) maupun sport. Dari tipe itu, bebek mesin 110 dan 125 cc, sport 250 cc. Namun saat menilik aturan 150 cc alias pekgo muncul dualisme jenis motor. Yup di kelas 150 cc tertera sport dan underbone.
Padahal ditilik dari historis, kelas sport sejak zaman 2-tak berisi motor sport alias batangan. Sehingga bebek underbone 150 cc di kelas sport 150 cc justru seperti mencemari kelas ini dan membuatnya menjadi bias. Masih berdasarkan historis juga, pembalap underbone atau cub malah memerlukan adaptasi saat si pembalap harus beranjak ke motor sport lantaran faktor karakter motor yang benar-benar beda.
Sport 150 cc jadi kelas pembibitan yang pas bagi pembalap yang ke pentas mancanegara
Lantas di saat Agen Pemegang Merek (APM) mulai peduli pembibitan dan penjenjangan balap ke level internasional, relevankah underbone masuk kelas 150 cc bareng sport untuk pembibitan?
"Pembalap underbone kesulitan berinteraksi dengan motor lebih besar. Langkah efektif tidak mengikutkan pembalap di kelas underbone tetapi ikut di kelas motor batangan alias sport. Sehingga feeling dan riding style sudah punya dasar. Bicara performa motor tentu disesuaikan dengan kapasitas motor yang ditungganginya," beber Benny Djati Utomo dedengkot tim Star Motor.
Di sisi lain, kelas Sport/Underbone 150 cc justru membingungkan APM, meski mereka juga terlibat dalam perumusan regulasi.
"Tidak jelas detail dan konsep balapannya di mana. Karena masih simpang siur bergabung di Indoprix dan ada juga di IRS. Alhasil untuk kelas ini belum dilakukan riset," cerita Supriyanto, manajer motorsport PY Yamaha Motor Indonesia Manufacturing.
OMR sport 150 cc Honda
Sementara Honda yang sudah membuat OMR sport 150 cc mengaku kemungkinan ikut itu terbuka. "Bila aturan dan statusnya clear akan kami pelajari kemungkinannya," tukas Anggono Iriawan selaku Safety Riding & Motorsport Manager PT Astra Honda Motor.
Sementara, Bambang Gunardi, penyelenggara yang balap sport 150 cc di kejuaraan Indoprix menyebut kelas ini dibuka karena ada demand. Ia juga menyebut kelak akan mengganti kelas ini dengan sport di masa yang akan datang.
Nah, Anda yang berkecimpung di balap maupun pemerhati balap motor nasional, setujukah sport 150 cc berbaur dengan underbone? (otosport.co.id)