Indonesian Super Touring Car Kelas Suka-Suka

billy - Senin, 7 Mei 2012 | 08:28 WIB

(billy - )


Aturan longgar mewarnai kelas Indonesia Super Touring Car (ISTC) pada gelaran ISOM (Indonesian Series Of Motorsport) 2012 di sirkuit International Sentul, Bogor, minggu lalu (29/04). “Semua sedan bisa ikut di sini. Memang untuk mengakomodir hobbies,” ujar Taqwa SS, konsultan regulasi ISTC. Tidak heran, pesertanya beragam. Mulai super car seperti Ferrari, Porsche atau Lamborghini, juga mobil modifikasi yang sudah ganti mesin atau mobil jalan raya seperti Honda Civic atau Toyota Yaris sampai Corolla DX.

Lantaran banyak mobil yang sedianya turun di kelas GT3 masih berada di Malaysia, akhirnya pada seri perdana ini, kelas GT3 belum dibuka dan beberapa melebur di kelas ini. "Ada 8 mobil yang masih berada di sirkuit Sepang, Malaysia, jadi seri pertama ISOM kelas GT3 belum dibuka lantaran pesertanya sedikit," ungkap Apin, technical suport tim Forza Auto One (FAO).

Masih ujarnya, "Berhubung di kelas Indonesia Super Touring Car (ISTC) ada 4 divisi, yakni kelas; 0-1600cc, 1600cc-2000cc, 2001cc-3600cc dan 3600cc-6000cc. Maka 3 dari sisa mobil tersebut, ikut turun di kelas ISTC masuk divisi 4". Meski demikian, Ferrari 458 besutan Renaldi Hutasoit bukan spek GT3. “Mobil ini speknya lebih baru dari Ferrari yang saya pakai di GT3,” bilang pria yang sukses memimpin dari lap awal hingga akhir balapan.

Bukan tanpa alasan kelas ISTC ini banyak peminatnya, sehingga diikuti 19 starter. "Yang paling menarik dari kelas ini adalah mobil apapun boleh ikut, serta modifikasi apapun boleh," tutur Jimmy Lukita, pembalap Pro Drag yang turun di divisi 3.

Menurut pria yang juga salah satu owner bengkel AFJ, Jaktim, kelas ini punya regulasi yang tergolong unlimited. Ban yang dipakai juga bebas, tapi enggak boleh slick dan racing tire."

Tak heran pula bila Jimluk, panggilan akrabnya dengan Mitsubishi EVO 3-nya mampu membuntuti Renaldi yang membesut Ferari 458. Enggak hanya itu, saking kencangnya, Jimluk cukup jauh mengasapi Lamborghini Johnson Yaptonaba dari tim FAO. "Itulah yang bikin semakin menarik dan seru. Mobil dengan cc lebih kecil, kalau sudah dimodifikasi tanpa batasan, mampu bersaing dengan mobil yang cc-nya lebih besar. Oh ya, meski startnya antara divisi 1-4 bareng, tapi juaranya sendiri-sendiri sesuai cc mobil yang dipakai", tutup Jimluk. (otosport.co.id)