European Car Race, Balap Baru Beraroma Keju

billy - Jumat, 2 Maret 2012 | 09:11 WIB

(billy - )


Tahun ini Sirkuit Sentul bakal ketambahan satu jenis balapan lagi yang punya aroma keju. Yakni European Touring Car Championship (ETCC) alias balap mobil-mobil Eropa yang punya berbagai kelas di dalamnya. Ketentuan teknis dan nonteknis sudah dipersiapkan demi menarik calon peserta. Di antaranya bebas biaya sponsor bagi tim-tim yang mengikat jalinan bisnis dengan para penyokong dana. Lainnya?

PEMBATASAN WAKTU
Dari sisi mobil, ada tiga kategori. Yakni mesin 1.600 cc , Super 2.000 cc dan 3.600 cc yang semuanya dibagi dua kelas sehingga total ada enam kelas dilomba­kan. Aturan teknisnya sendiri mengacu dari kejuaraan di luar walaupun hanya sedikit yang akhirnya diadopsi.

“Waktu dapat (order bikin balapan) gue cek di luar negeri ternyata ada, kebetulan namanya juga sama ETCC. Gue coba koresponden cuma aturan di sana gila banget, akhirnya paling top cuma 20 persen kita sadur karena mereka detail banget, pelek harus begini, berat mobil harus segini,” ulas Arief dari ARF Management, promotor lomba.

Salah satu yang menegangkan bagi peserta yaitu proses kualifikasi yang ketat. Ini ada kaitannya dengan tema balapan yang dinyatakan dengan Adrenaline Of Speed Race. Yakni pemberlakuan time record yang di luar negeri juga ada. Untuk mobil 1.600 cc catatan waktunya maksimal 2,02 menit. Lalu mobil 2.000 cc maksimal 2,00 menit dan mobil 3.600 cc 1,58 menit per lap. “Jadi ada adrenalinnya. Untuk yang 1.600 cc, misal waktunya 2,021 menit, besoknya enggak bisa start daripada nanti dua kali dioverlap sama yang 3.600 cc,” terang pria berkantor di Hot Rod Gallery, Jl. P. Antasari, Jaksel.

Nah, yang agak beda, yakni keleluasaan peserta mencari sponsor. Setiap tim yang punya sponsor dibebaskan dari blank sticker charge atau biaya terhadap stiker sponsor. “Ini sebagai salah satu daya tarik sendiri. Setiap tim bebas cari sponsor masing-masing tanpa charge. Biasanya charge itu minimal Rp 1,5 juta,” terang Arief.

“Gue cari duit ke sponsor bukan ke peserta. Sebisa mungkin gue cari sponsor ke perusahaan nonotomotif. Tapi misal gue dapet sponsor oil company, dia enggak boleh utak-utik sponsor oil company di tim-tim dan seluruh peserta happy,” lanjutnya.

Soal gengsi memang jadi perhitungan. Itu sebabnya, event yang bareng dengan Indonesia Series of Motorsport (ISOM) ini akan dijadikan national series yang menurut Arief lebih bergengsi lebih dari club event tapi bukan kejurnas. Walaupun ia sendiri juga masih bingung apa bedanya kejurnas dan national series. “Sebenernya gue juga masih abu-abu, hehehe. Gue harus tingkatin mutu kejuaraan, ada hak dan kewajiban karena ada status national series itu,” pungkasnya. (otosport.co.id)