Suzuka - Hari pertama (14/11) kompetisi safety riding tingkat Asia yang berlangsung di Suzuka Circuit Traffic Education Center Jepang, diisi dengan ujian di teknik pengereman atau braking, slalom course dan written report.
Braking tak hanya soal mengerem, tapi ternyata banyak aspek yang mengikuti. “Ban enggak boleh ngunci apalagi stoppie, kaki yang turun harus kiri, harus mengerem pakai kedua roda dan tentu saja wajib stabil,” urai Aldea Henry, salah satu wakil dari Indonesia.
Jika semua teknik benar, baru diukur jarak. Poin tertinggi tentu yang jaraknya paling pendek. Nah saat masuk area pengereman ada kecepatan minimum.
“Untuk kelas 400 cc pada 60 km/jam, sedang 100 cc pada 55 km/jam dengan toleransi lebih tinggi 10 km/jam,” ujar Maryanto, wakil PT Astra Honda Motor yang turun di kelas 400 cc, yang sayangnya harus sedikit kecewa karena kecepatan Honda CB400-nya kurang 0,9 km/jam (59,1 km/jam).
Lalu slalom course, ini ujian yang terbilang sulit. Peserta wajib melewati jejeran kun dengan beragam tikungan. Benar-benar menguji teknik berkendara dari akselerasi, pengereman sampai teknik menikung. “Enggak boleh menyentuh kun, apalagi footstep menyentuh aspal, itu mengurangi poin,” terang Ahmad Anugra, yang turun di kelas 100 cc bareng Aldea pakai Honda Ape 100.
Untuk menghafalkan rute, sebelum pakai motor peserta dipersilakan jalan kaki dengan dikawal instruktur. Setelah itu baru latihan pakai motor, itu pun hanya satu kali. Sebagai acuan utama penilaian adalah waktu tempuh, makin cepat dengan pinalti sedikit pasti punya nilai tinggi. Terakhir written report, peserta diuji pengetahuan soal teknis motor serta safety riding.
Besok hari kedua lanjut ujian terakhir, yaitu narrow plank, meniti papan sempit selambat mungkin untuk menguji keseimbangan.
Semoga hasilnya bagus dan juara! (motor.otomotifnet.com)
Braking tak hanya soal mengerem, tapi ternyata banyak aspek yang mengikuti. “Ban enggak boleh ngunci apalagi stoppie, kaki yang turun harus kiri, harus mengerem pakai kedua roda dan tentu saja wajib stabil,” urai Aldea Henry, salah satu wakil dari Indonesia.
Jika semua teknik benar, baru diukur jarak. Poin tertinggi tentu yang jaraknya paling pendek. Nah saat masuk area pengereman ada kecepatan minimum.
“Untuk kelas 400 cc pada 60 km/jam, sedang 100 cc pada 55 km/jam dengan toleransi lebih tinggi 10 km/jam,” ujar Maryanto, wakil PT Astra Honda Motor yang turun di kelas 400 cc, yang sayangnya harus sedikit kecewa karena kecepatan Honda CB400-nya kurang 0,9 km/jam (59,1 km/jam).
Lalu slalom course, ini ujian yang terbilang sulit. Peserta wajib melewati jejeran kun dengan beragam tikungan. Benar-benar menguji teknik berkendara dari akselerasi, pengereman sampai teknik menikung. “Enggak boleh menyentuh kun, apalagi footstep menyentuh aspal, itu mengurangi poin,” terang Ahmad Anugra, yang turun di kelas 100 cc bareng Aldea pakai Honda Ape 100.
Untuk menghafalkan rute, sebelum pakai motor peserta dipersilakan jalan kaki dengan dikawal instruktur. Setelah itu baru latihan pakai motor, itu pun hanya satu kali. Sebagai acuan utama penilaian adalah waktu tempuh, makin cepat dengan pinalti sedikit pasti punya nilai tinggi. Terakhir written report, peserta diuji pengetahuan soal teknis motor serta safety riding.
Besok hari kedua lanjut ujian terakhir, yaitu narrow plank, meniti papan sempit selambat mungkin untuk menguji keseimbangan.
Semoga hasilnya bagus dan juara! (motor.otomotifnet.com)