“Saya memang suka dengan motor yang memakai oli samping ini, karena untuk membuatnya tidak banyak perubahan. Tentu jika dibandingkan mesin 4-tak,” bilang Wewed yang bergerak diusaha penyewaan speedboat itu.
Sejalan prinsip yang dimiliknya, Wewed pun mempercayakan korekan pacuannya ke Heru Mustofa. “Saya tidak terlalu suka kalau motor dibore up. Itu tidak menjamin motor bisa kenceng. Di 2-tak, hal yang paling utama ada di korekan. Tapi, enggak boleh asal. Justru, malah bisa bikin motor tak mau kabur,” kata pemilik workshop Scorpio Motor (SM) di Jl. Meruya Selatan, No. 35, Jakarta Barat itu.
Sesuai kebutuhan, lubang exhaust jadi prioritas yang disentuh. Bagian lubang pembuangan ini dipapas lagi sekitar 2 mm. “Cukup 2 mm aja. Karena piston tetap pakai diameter standarnya. Total lebar exhaust jadi 30 mm,” bilang Heru yang kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu.
Usai exhaust, kini giliran lubang transfer yang turut di makan mata tunner. Kalau tidak diambil dagingnya, bahan bakar yang masuk ke ruang bakar jadi kurang tokcer dong. “Diambilnya juga 2 mm aja. Biar seirama lubang exhasut,” jelas ayah tiga anak ini.
Yang terjadi di lubang membran, agak berbeda. Tak lagi papas 2 mm, tapi cukup 0,5 mm buat bagian ini. Alasannya, kalau kebanyakan bisa bikin crankcase jadi tipis. Sebab antara lubang membran dan crankcase jadi kesatuan.
Kelar perbaikan di silinder blok dan membran, kini pembakaran tinggal difokuskan ke kepala silinder. Biar kompresi ikut terdongkrak, head dipapas sekitar 1,5 mm dengan bentuk squish mengikuti diameter piston. Tapi, nut tetap dibiarkan layaknya head standar.
Imbangi korekan di engine atas dan bawah, pasokan bahan bakar ikut dibenahi. Karburator bawaan pabrik dilengserkan dan digantikan perannya Keihin PJ 34 mm. “Main jet pakai 158 dan pilot jet dikasih 55,” ucap tunner 41 tahun itu.
Mesin yang dibuat tadi juga mesti didukung dari pengapiaan sempurna. Hasilnya, mekanik ini memakai CDI Suzuki RGR yang ada tulisan Denso. “CDI ini diakui masih buatan Jepang. Kelebihannya bikin putaran atas jadi lebih ngacir. Karena api yang dikeluarkan lebih bagus dari CDI aslinya,” ucap mekanik yang memadukan dengan koil Yamaha YZ 125.
Terakhir, pria berambut ikal ini fokus pada gas buang. Gantinya, knalpot yang punya lambung lebih besar. “Kalo yang model kolong seperti ini tidak nahan sama sekali,” tutupnya. (motorplus-online.com)