Kini, salah satu BSA Thunderbolt itu dimiliki oleh Setiawan Rahardi. Dia termasuk beruntung meskipun awalnya hanya mendapatkan satu set dapur pacu saja. “Mesinnya tergolong modern, cirinya crankcase dan girbox sudah jadi satu alias monoblok,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai mekanik motor lawas ini.
Dapat motor dalam kondisi hanya mesin, membuat enggak sabar untuk segera diajak riding. Berbagai cara ditempuh agar Thunderbold bisa berdiri.
“Mencari rangka aslinya sulit disini, pasalnya dulu populasi Thunderbolt enggak banyak. Solusinya dikawinkan dengan frame motor lain,” ujar lajang yang akrab disapa Agus Cawang ini.
Pastinya rolling sasis alias rangka dan bodi yang dipilih harus sama-sama berasal dari motor lawas. Akhirnya jodoh yang didapat pakai satu set rangka milik Matcless G3LS 350 lansiran 1954.
Untuk aplikasinya tidak terlalu sulit lantaran rangka motor Inggris ini rata-rata memiliki dimensi ruang mesin yang lega. “Hanya saja, supaya mesin pas duduk di rangka Matchless, breket mesin dibikin ulang. Mengandalkan pelat besi menyesuaikan dapur pacu BSA Thunderbolt,” lanjut Agus.
Seluruh kelengkapan rangka seperti bodi, satu set sok depan, lengan ayun dan teromol juga diambil dari Matchless G3LS. “Cuma sok belakang saja yang pakai limbah moge Honda Magna. Sedangkan lampu depan mengandalkan copotan dari motor Jerman lawas,” urai Agus yang mengandalkan tangki bahan bakar milik Matchless G3LS lansiran 1956, sehingga kapasitasnya besar.
Meskipun sok depan andalkan Honda Magna, namun lantaran model suspensi sudah dibalur krom, masih mecing di pasang pada BSA Thunderbolt. "Selain itu jarak main sok juga enggak terlalu empuk. Jadi pas bersanding dengan bobot rangka yang berat,” lanjut Agus yang pernah coba pakai sokbreker lokal namun jarak mainnya terlalu empuk.
Proses pengerjaan enggak makan waktu lama. Pasalnya proyek ini dikebut untuk menghadiri event kumpul motor lawas beberapa waktu lalu di kawasan pantai Pangandaran, Jawa Barat.
Momen ini penting lantaran jadi riungan tempat berkumpulnya biker yang tergabung di Motor Antique Indonesia (MACI). "Kesempatan kumpul bikers motor lawas seperti ini tidak pernah saya lewatkan," jelas Agus yang rela begadang merakit besutannya.
Agus tergolong mekanik spesialis motor lawas yang biasa menangani besutan Inggris jadi enggak ada masalah. “Waktu pengerjaan cuma sebulan, bro. Soalnya kondisi jeroan mesin sehat, tidak ada satupun part yang perlu diganti, jadi enggak ada masalah,” tutup mekanik yang juga menggeber besutan ini buat pulang kampung ke Bandung. (motorplus-online.com)