Balon yang dimaksud bukan balon yang dipakai buat pembukaan HRC, tapi bola karet gas yang dimaksud ada di suspensi belakang. Sokbreker model tabung berlabel Showa itu dilengkapi balon. Inilah yang bikin Supra X 125 garapan HDDSNJ konstan melibas kelokan.
“Perbedaan jauh dibanding pakai sokbreker belakang sebelumnya. Tenaga mesin akan optimal. Enggak banyak terbuang waktu keluar tikungan,” beber Ahmad Jayadi, pemilik tim yang juga ikut seting pacuan kompetisi HDDSNJ.
Adi, sapaan akrab Ahmad Jayadi, bilang sewaktu menggunakan suspensi model lama masih ada sedikit masalah. “Jangankan keluar tikungan yang mesti buka gas, mau masuk tikungan sudah ada gejala mantul-mantul. Sok yang sekarang enggak begitu,” beber Adi yang juga mantan pembalap nasional papan atas itu.
Di sinilah perbedaan mendasarnya. Mekanisme rebound dan compression suspensi diatur naik-turunnya balok di dalam tabung. Sedangkan generasi sebelumnya menggunakan piston. “Pembalap bisa membuka gas dan mengatur gerakan motor sesuai keinginan. Percuma tenaga besar dan speed bagus tapi enggak bisa dikendalikan,” urai Adi.
Yohanes menyebut tipe sokbreker Showa yang dipakai HRC 72. Pengembangan dari HRC 62. “Perubahan selain pakai balon, stroke lebih panjang. HRC 72 bisa sampai 80 mm, sedangkan HRC 62 bisa sampai 60 mm. Diameter spring lebih kecil dibanding yang lama jadi lebih ringan. Damper HRC 72 dibuat dari alumunium, sedangkan HRC 62 dari besi,” tndas Yohanes. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan: FDR 90/80-17
Ban belakang: FDR 80/90-17
Karburator: Keihin PE 28
Durasi kem : Isap 274º dan buang 274º
CDI: BRT