Yamaha Force 1, Mengacak Dominasi Senior

billy - Selasa, 8 Maret 2011 | 17:09 WIB

Yamaha Force 1, Mengacak Dominasi Senior (billy - )

Lubang exhaust salah satu penentu karakter mesin 2-tak. Agar mesin mampu berkitir tinggi, lubang buang harus dibabat lebih tinggi.

Yup, seperti di Yamaha Force-1 geberan Rudi yang mengacak-acak dominasi kekuatan tracker senior di kelas bebek modifikasi 2-tak. Bersama Force-1 biru ini, pemuda asal Belitung itu finish kedua setelah Akbar Taufan, pemegang tampuk Juara Nasional Senior 2010.

Bibir atas lubang buang dibuat agar lebih tinggi jadi 26 mm. Itu diukur dari bibir atas blok. Begitupun lebarnya, dibikin hingga 38 mm.

Komposisi ini, membuat mesin lebih mampu berteriak di putaran atas. “Nafas juga lebih panjang,” bilang Uyung, mekanik asal Tasikmalaya, Jawa Barat yang menanganinya.

Joki Force-1 milik Ahok yang juga pemilik tim HK88 Bangka ini juga kudu pintar dalam menahan gas. Supaya rpm mesin tidak mudah turun. Karena karakter lubang buang lebih tinggi, bikin mesin ngok di putaran bawah. Makanya joki kudu pintar menahan gas supaya tidak turun.

Begitunya urusan katup buluh alias valve, Uyung tidak menggunakan merek ternama yang biasa dipakai para tunner.
 
Tapi, cukup pakai valve dari Yamaha RX-Z aja. Ada alasan khusus lho. Karena kalau di Belitung meski treknya panjang, tapi lintasannya agak gembur oleh pasir kuarsa.

"Sedang V-Force lebih enak buat main di putaran atas terus. Itu agak kurang cocok untuk pemakian di Belitung ini. Tapi, ketika pakai valve RX-Z, putaran bawah malah lebih cepat dapat. Tenaga juga lebih spontan,” ungkap pria 30 tahun itu.

Apalagi, semburan bensol dan udara dipasok part pengabut venturi cukup besar. Yaitu, pakai Mikuni TMX 35 mm. Ditemani main-jet 340 dan pilot -jet 45.
Dok. Tabloid OTOMOTIF
Iklan Yamaha Force 1 tahun 1993 dengan stripping api menyala
Selain lubang buang dan transfer port, permainan seting di kepala silinder juga ikut menentukan ketangguhan engine. Maka itu, head cylinder standar dipapas 2 mm.
 
Lalu, sudut squish juga dibuat ulang jadi 13º berikut lebarnya 7 mm. Volume ruang bakar sekarang pun menjadi 8,7 cc.

Dari ubahan di bagian kepala silinder dan piston, kompresi mesin yang didapat sekarang mencapai 7,5 : 1. Pengukuran didapat dengan metode buret.
 
Wah, angka yang cukup tinggi ya! Tidak salah jika bensol dan oli campur Motul 800 memakai perbandingan 1 liter : 40 ml.
 
“Tapi kalau kondisi cuaca panas, bisa hingga 1 : 45 ml,” timpal pria berambut sebahu ini.

Penyesuaian dari power yang keluar, ikut dibantu lewat ubahan di gigi rasio. Agar teriaknya power sesuai kebutuhan, mulai dari gigi I hingga IV, semua diganti paduan gear close ratio.

Gigi I, andalkan 14/30 (2,142). Kemudian gigi II, 18/ 26 (1,444). Sedang gigi III, 20/ 24 (1,2). Terakhir, gigi IV pakai perbandingan 22/ 23 (1,045).
 
Tuh kan, lihat saja penurunan dari mulai dari gigi II hingga IV. Serba rapat, pantas saja tenaga terdengar sahut-sahutan.
 
“Karena besarnya power bawah, start biasanya dari  gigi II,” bilang Uyung yang sudah lama malang melintang di dunia garuk tanah.

Turut mengatur kinerja power, saluran buang ikut disesuaikan. Untuk itu, pacuan yang dibesut Rudi ini mengaplikasi tabung knalpot milik Yamaha YZ85. Tapi, volume tabung sudah disesuaikan terlebih dahulu. Termasuk juga bentuk leher knalpot.

Agar sesuai rangka dan dimensi pacuan grasstrack, leher knalpot milik special engine (SE) ini dibuat memutar dulu. So, posisi leher berada tepat di bawah mesin.
 
“Mantapnya, ubahan ini pas banget dengan kebutuhan power mesin memang butuh torsi,” jelas mekanik ramah ini.

Terakhir! Untuk membantu dongkrak putaran bawah, pengapian YZ85 dipasang. Mulai dari magnet hingga koil aplikasi milik SE85 itu. Terbukti, putaran bawahnya memang galak! (motorplus.otomotifnet.com)

DATA MODIFIKASI
 Ban depan : Swallow 70/100-19
Ban belakang : Swallow 90/100-16
Gas spontan : Yamaha YZ85
Sok belakang : Kayaba merah
Sok depan : Yamaha YZ85