Awas, Pilih Koil Hasil Manipulasi Bisa Merusak Komponen!
Koil racing dikhawatirkan dibuat dengan sistem manipulasi. “Misalnya dimanipulasi agar apinya besar. Akibatnya imbas listriknya besar,” jelas Tomy Huang, dari produsen CDI BRT (Bintang Racing Team).
Pak Tomy tidak mau menjelekkan produk manapun. Tapi, mau kasih panduan atau edukasi kepada pengguna motor. Khususnya yang kerap gonta-ganti koil. Supaya tidak salah pilih.
MOTOR Plus dengan Pak Tomy pernah melakukan pengukuran dan tes. Koil racing yang sempat ngetop di pasaran. Grafik percikan api dan variabel kelistrikannya dilihat menggunakan osiloskop. Itu lho monitor kecil seperti tipi.
Biasanya osiloskop digunakan oleh dokter untuk USG orang hamil. Akan terlihat jabang bayi dalam perut ibu. Nah, oleh orang-orang elektronik, sistem kerja osiloskop bisa dimanfaatkan untuk mengamati dan mengukur kemampuan komponen kelistrikan.
Seperti halnya koil bisa dilihat unjuk kerjanya. Misalnya pengujian koil racing yang katanya menghasilkan api besar. Terlihat dalam satu siklus pembakaran mesin 4-tak, bisa memercikan api busi 2 kali.
Kalau terjadi percikan api busi 2 kali berbahaya. Dikhawatirkan merusak mesin. Misalnya seher sedang naik atau kompresi, tiba-tiba terjadi ledakan karena dipicu api busi yang memercik tidak sesuai timing dari CDI. Mengakibatkan seher bolong.
Bahaya lain dari percikan api busi gede yang dimanipulasi dari koil yaitu terjadi imbas listrik yang besar pula. Jika digunakan pada motor-motor sekarang yang sudah injeksi atau mengaplikasi spidometer digital akan jelek efeknya.
Misalnya dulu ketika di Honda Karisma yang menggunakan spidometer elektronik. Dipadu dengan sistem digital pada indikator bensinnya. Businya harus menggunakan kode R. Busi kode R artinya resistance. Dimaksudkan agar imbas listriknya tidak besar. Sehingga tidak mempengaruhi spidometer digital itu. Sebab imbas listrik besar, bisa membuat spidometer digital eror.
Termasuk motor injeksi. Bisa eror kalau ECU atau ECM sebagai otaknya injeksi terpengaruh imbas listrik dari koil. Akibatnya bisa kacau juga kerjanya.
Menurut Pak Tomy, di koil yang apinya besar, biasanya dimanipulasi supaya tegangan out put yang dihasilkan besar. Namun dampaknya membuat imbas listriknya besar dan memercik kemana-mana. Termasuk mempengaruhi ECU dan spidometer digital.
Memang sih paling aman menggunakan koil asli pabrik motor. Misalnya koil punya spesial engine Yamaha YZ. Selain apinya besar juga stabil.
Namun kudu hati-hati juga. Koil Yamaha YZ banyak versi palsunya. Walau kadang label dan kemasannya berlogo Yamaha, belum tentu aseli.
Pihak BRT juga terbuka bagi yang mau menguji koil merek apapun. Termasuk produsen atau merek yang jualan koil. Sehingga bisa dikembangkan bersama-sama. Apalagi pihak BRT tidak mau jualan koil. Makanya terbuka dan apa adanya hasil dari pengujian itu. Tidak akan ditutup-tutupi, Bro.
Timing Pas
Sebenarnya dalam proses pembakaran tidak perlu api yang kelewat besar. “Justru yang diperlukan timing yang pas,” jelas Tomy Huang.
Timing atau derajat pengapian yang mengatur yaitu CDI. Terutama CDI programable. Bisa mengatur waktu pengapian yang pas. Sesuai seting yang dimau.
Misalnya di motor balap. Menggunakan bahan bakar yang mengandung oktan tinggi. Punya sifat tahan terbakar atau resisten. Butuh timing pengapian yang lebih advance atau lebih maju supaya terbakar tuntas dan meledak setelah TMA (Titik Mati Atas).
Tapi, kalau bensin oktan rendah yang lebih mudah terbakar, dibarengi timing pengapian yang advance akan bahaya. Bisa meledak sebelum TMA dan akan ngelitik. Atau seher bolong.