Risiko Ganti Filter Udara Kertas Jadi Busa Di Motor Matik

Billy,Otomotifnet - Jumat, 29 April 2011 | 06:18 WIB

(Billy,Otomotifnet - )

 
 
Otomotifnet.com - Kalau kepepet, bisa aja ganti filter udara bahan kertas pakai yang versi busa. Masalahnya bisa jadi susah untuk mendapatkan saringan udara kertas di tempat tinggal brother. 

“Bisa aja. Pakai filter busa juga lebih menghemat. Namun agar masuk ke boks filter, saringan busa dipotong,” bilang Ceng Kun dari Cengkun Motor Sport (CMS), Tangerang, Banen.

Mungkin bisa aja filter busa jadi pengganti saringan udara busa untuk skutik. Tapi, ada alasan teknis seandainya memang penggantian jenis filter dilakukan.

“Ini menyangkut putaran mesin skubek atau matik. Putaran mesin skubek tinggi. Langsamnya aja di 1.700 rpm. Lebih tinggi dibanding tipe motor yang lain dengan cc sama dengan skubek,” ungkap Handy Hariko, Technical Service Division Head PT Astra Honda Motor (AHM).

Filter kertas mulai banyak diaplikasi di motor massal yang eranya sudah skubek. Honda Vario, BeAT, Suzuki Spin, Skywave, Skydrive dan Hayate 125 menerapkan saringan udara kertas.

“Ada sejenis cairan kusus di filter kertas yang disebut viskos. Gunanya untuk menangkap dan menempelkan partikel halus yang dihisap,” tegas Handy yang berkantor di Tipar Cakung, Jakarta Utara.

Daya isap yang besar dari putaran mesin skubek membuat udara masuk ke filter lebih cepat dan tinggi.
 
Kalau sudah begitu, udara yang masuk ke saringan kertas bisa dipastikan mengandung banyak partikel halus seperti debu. Pori-pori saringan kertas yang sangat rapat plus viskos akan cepat menangkap kotoran. 
 
Bagaimana kalau diganti dengan filter busa? Filter busa punya pori-pori tidak rapat seperti halnya filter kertas.
 
Saringan busa dipakai untuk skubek dengan kekuatan isap tinggi bisa jadi partikel debu bakal lebih gampang lolos.

“Di bengkel umum busanya dikasih oli. Tetap jauh berbeda dengan menggunakan cairan yang ada di filter kertas. Partikel bisa juga lolos,” tegas Handy.

Berarti ada risiko tinggi buat mesin skubek yang awalnya pakai saringan kertas tapi diganti pakai busa.
 
“Kalau daerah yang dilewati enggak panas dan sedikit berdebu, efeknya jangka panjang. Tapi kalau jalanannya panas dan berdebu,  dampaknya bisa cepat,” beber Handy yang tinggal di seputaran Kelapa Gading, Jakarta Utara.