|
OTOMOTINET - Beberapa pemilik Yamaha Byson memang mengeluhkan performa motorport berwajah garang ini. Solusinya tentu upgrade lewat aplikasi beberapa part performa perlu dipertimbangkan. Ada beberapa part yang bisa digunakan, diantaranya yaitu otak pengapian alias CDI. Pengujiannya di atas mesin dyno Dynojet 250i buatan Amerika milik BRT di Cibinong, Jabar.
CDI yang diuji buatan BRT sendiri tipe Power Max Hyperband seharga Rp 475 ribu. Hasil pengukurannya tentu dibanding kondisi standar. Byson yang kami gunakan dalam pengujian baru menempuh jarak 350 km. Didapat tenaga maksimumnya 10,35 dk di putaran 7.750 rpm. Sedang torsi puncak 8,34 lb.ft (11,3 Nm) di 5.000 rpm.
Sementara saat CDI-nya ditukar pakai produk BRT, max powernya langsung terkerek jadi 10,87 dk (naik 0,53 dk) di 7.500 rpm. Sementara torsi puncaknya naik jadi 8,70 lb.ft (11,79 Nm) di 4.600 rpm. Grafik dyno menunjukkan peningkatan tenaga mau pun torsi terjadi sudah sejak 3.500 rpm. Bahkan terus terkoreksi hingga 10.000 rpm.
Oh iya, di saat yang sama, kami juga menjajal knalpot aftermarket merek Nob1. Peranti saluran gas buang Rp 375 ribu ini jenisnya free flow. Tadinya mau kami komparasi dengan produk lain. Tapi karena saat ini knalpot produk massal untuk Byson baru ada Nob1, jadi kami uji sendirian.
BRT Power Max Hyperband, generasi terbaru Hyperband |
Pemakaian knalpot Nob1 membutuhkan setting ulang karburator |
Hasilnya, power maksimum motor sport berlambang Garputala ini berhasil dikerek jadi 11,17 dk (naik 0,82 dk) yang dicapai di putaran 7.500 rpm. Sedang torsi puncaknya terkoreksi jadi 8,45 lb.ft (11,45 Nm) di putaran 6.000 rpm.
Sayang, meski peak power melonjak cukup baik, grafik tenaga mulai putaran bawah hingga 5.700 rpm terjadi penurunan dibanding standar. Di putaran 8.800 rpm juga tampak menurun. Begitu pula dengan grafik torsinya.
“Sepertinya butuh setting ulang karburator kalo pakai knalpot ini. Ukuran spuyer, terutama pilot jet kayaknya minta dinaikkan,” komentar Tommy Huang, bos BRT yang bertindak sebagai operator dyno.
Lalu kami juga coba mengombinasi knalpot Nob1 ini dengan mengganti CDI pakai produk BRT Power Max Hyperband yang sebelumnya diuji terpisah. Hasilnya, peak power makin terkoreksi lagi jadi 11,32 dk di 7.500 rpm. Sedang torsi maksimum naik jadi 8,55 lb.ft (11,59 Nm) di 6.200 rpm.
Namun tetap saja grafik tenaga maupun torsi di putaran bawah hingga hingga 5.800 rpm mengalami penurunan. Tapi di putaran atas tidak lagi terjadi penurunan bila dibanding kondisi standar maupun ketika hanya menggunakan knalpot saja.
Uniknya, meski peak power pada grafik tenaga maupun torsi saat pengujian CDI BRT dengan knalpot standar tidak sebagus waktu knalpot diganti pakai produk Nob1, namun koreksi tenaga maupun trosinya terus terjadi di tiap putaran hingga putaran atas. Malah kenaikkan torsi maksimumnya sudah terjadi sejak putaran bawah.
Efek yang akan didapat dari peningkatan tenaga maupun torsi seperti itu, entakan tenaga mulai putaran bawah sampai atas saat berakselerasi akan lebih terasa dibanding kondisi standar. Itu tanpa melakukan setting ulang pada karburator lo.
“Pemakaian knalpot Nob1 sebenarnya bisa juga dibikin seperti itu, malah peningkatan tenaga dan torsi akan lebih baik lagi. Dengan catatan, mesti dibarengi dengan menyetting ulang karburator sesuai permintaan mesin. Biar grafik tenaga maupun torsi yang turun di putaran bawah tadi bisa diperbaiki,” saran Tommy.
Hasil Pengujian Dyno | | |
Kondisi | Max power | Max Tourqe |
Standar | 10,35 dk / 7.750 rpm | 11.3 Nm / 5.000 rpm |
Cdi BRT + Knalpot std | 10,87 dk / 7.500 rpm | 11,79 Nm / 4.600 rpm |
Cdi BRT + Knalpot Nob1 | 11,32 dk / 7.500 rpm | 11,59 Nm / 6.200 rpm |
Penulis/Foto: DiC / salim