Teknologi Underbone Lebih Cepat Berkat Quick-Shifter?

billy - Senin, 12 September 2011 | 14:59 WIB

(billy - )


Hadi Wijaya, bisa mempersingkat 0,01 detik setiap kali pindah gigi
Masih banyak teknologi utuk bikin motor underbone 4-tak makin kencang. Apalagi di kategori IndoPrix (IP) yang aduannya sudah seperti prototipenya bebek balap. Salah satunya teknologi quick-shifter.

Teknologi quick-shifter ini sudah diterapkan di motor Edge dan Athlete tim Kawasaki Manual Tech tunggangan Hadi Wijaya. Hasilnya, tenaga motor joki asal Singkawang, Kalimantan Barat itu seperti tidak pernah drop saat perpindahan gigi.

Ini teknologi yang diaplikasi pada peranti CDI bikinan Rextor. "Sebenarnya ini sudah lama diterapkan di CDI Pro Drag. Dua tahun lalu sudah dipakai. Hanya saja, sekarang sudah dimodifikasi lagi di CDI tipe Pro Drag RR," jelas Novel Faisal, dari Rextor yang memproduksi CDI Pro Drag.

Lebih jauh, Novel menjelaskan, bahwa teknologi ini tidak bisa disebut quick-shifter. Rextor lebih suka menyebutnya sebagai ignition delay. "Karena pada prinsipnya, CDI kami program agar memperlambat waktu pengapian, saat perpindahan gigi," jelas pria ramah berambut jarang itu.

Mekanisme memperlambat waktu pengapian ini membuat sistem perpindahan gigi jadi lancar. Sebab, dengan memperlambat waktu pengapian, mesin seperti sedang menarik kopling. Tidak ada power yang dialirkan ke roda.

"Proses perpindahan gigi pada motor standar, kita wajib menarik kopling dan menurunkan rpm alias putaran mesin agar menaikkan persneling atau up-shifting bisa dilakukan dengan lancar, tidak keras," tambah Novel lagi.


Sensor persneling di motor standar dimanfaatkan untuk quick-shifter
Soal kelebihan teknologi ignition delay di CDI Pro Drag, Novel menyebut tidak dapat dongkrak tenaga mesin. Tetapi, Novel berkeyakinan, dengan sistem ini, waktu tempuh per-lapnya jadi lebih cepat.

"Sebagai perbandingan, jika pindah gigi konvensional, rpm turun dari sekitar 2.000 putaran per menit, maka dengan sistem ignition-delay yang seperti quick-shifter, paling turunnya hanya 1.000 rpm," papar Novel.

Ini berarti, jika dibandingkan, motor yang tanpa sistem yang mirip quick- shifter tadi, harus mengejar 1.000 rpm untuk mencapai tenaga puncak. Selisih waktu inilah yang membuat motor dengan sistem quick-shifter bisa lebih cepat.

"Bisa dihitung, dengan quick-shifter tadi, untuk mencapai power puncak lebih cepat 0,01 detik. Nah berapa kali harus naikin gigi dalam satu race. Makanya, motor bisa lebih cepat!" urai Novel.

Teknologi ini bukan barang haram di balapan nasional. Buku kuning tidak melarang itu. Toh sistem ignition delay di CDI Pro Drag memanfaatkan peranti yang ada sudah di motor. Sebab, sensor di CDI memakai sensor pembaca gigi persneling bawaan pabrik di motor standar.

"Lagipula, Rextor tidak khusus membuat teknologi ini untuk Kawasaki Manual Tech. Sistem ini sudah ada di semua CDI Pro Drag yang kami jual massal. Ini jadi fitur standar. Juga sudah ada petunjuk cara pemakaiannya. Kalau tidak ada sensor persneling, tinggal bikin tombol untuk mengaktifkannya," lanjut Novel.

Ya, tinggal masalah mau dan mampu, atau tidak mengoperasikannya.    (motorplus-online.com)