Tentu saja pabrikan sudah mempertimbangkan aplikasi spion. Lewat serangkaian percobaan. Seperti misalnya, penggunaan lensa cembung dalam spion standar pabrikan.
Keistimewaan cermin cembung itu diantaranya bisa menangkap atau memantulkan objek atau benda seberapapun jauhnya. “Cukup memandang dari kaca spion aje. Obyek di belakang bisa tertangkap dengan baik,” kata Freddyanto Basuki, Manager Promosi Kawasaki Motor Indonesia.
Selain itu coba perhatikan juga, posisi spion standar motor pun juga agak menjorok keluar. Kalau ditarik garis lurus melewati ujung setang motor. Tentu saja ini ada maksud dan tujuannya. “Dengan posisi seperti ini akan mengurangi ruang yang tidak terlihat atau blind spot,” ungkapnya.
Sebenarnya masih ada alasan lainnya mengapa posisi spion melebihi setang. “Ini jadi semacam penyelamat bagi pengendara. Contohnya ketika akan melewati space di antara kemacetan, spion ini berfungsi sebagai pengukur,” jelas Freddy yang suka memakai topi miring itu.
Kalau spion sudah masuk berarti memang space tersebut bisa dilalui. Kalau tidak kan mentok. “Juga, sebagai pengaman, bayangkan kalau posisi spion lebih dalam dari setang. Yang terkena setangnya duluan. Ini kan berbahaya. Motor bisa jatuh,” jelas Freddy.
Sayangnya pada beberapa variasi spion kaidah-kaidah safety ini agak kurang terperhatikan. Seperti terlihat dalam beberapa model spion yang dijual. Ukuran cerminnya lebih kecil, model kacanya juga terkadang tidak cembung mirip kaca penghias.
Selain itu batang spionnya lebih pendek. “Kesannya memang lebih nyaman ketika nyelap-nyelip di antara kemacetan. Tapi, ini sebenarnya lebih berbahaya. Blind spot lebih besar. Dan ukuran bagian terluarnya ya itu tadi si ujung stang,” bilang Freddy.
Makanya, kalau ingin mengganti spion dengan spion variasi, brother kudu perhatikan kondisi di atas. Jangan sampai ingin gaya tapi keselamatan diabaikan. (motorplus-online.com)