Tidak semua kecelakaan yang menimpa kendaraan roda dua akibat kesalahan si pengendara itu sendiri. Banyak faktor yang turut menyumbang terjadinya kecelakaan. Fatalnya, kendaraan roda dua tidak memiliki ‘pengaman’. Sehingga ketika terjadi accident, luka berat bahkan sampai jatuh korban nyawa.
Meski berbagai pihak telah melakukan upaya yang terbaik, tetap saja jumlah kecelakaan yang melibatkan roda dua masih tinggi. “Sekitar 70 persen dari kendaraan roda dua,” pasti Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Kepala bagian Penerangan Masyarakat, Divisi Humas Polri.
Pihak Kementerian Perhubungan dalam Lebaran tahun ini telah melakukan berbagai langkah evaluasi. Ada empat hal yang akan dilakukan Kementerian Perhubungan bersama Kepolisian untuk meminimalkan dampak buruk yang terjadi pada tahun depan.
Wakil Meneteri Perhubungan, Bambang Susantono mengatakan empat langkah evaluasi ini antara lain pemerintah akan melakukan perlambatan traffic. “Banyak kecelakaan terjadi karena pengendara ngebut. Kami akan atur kecepatan supaya lebih aman,” jelasnya.
Langka kedua dengan menambah kapasitas moda angkutan darat seperti kereta api atau kapal laut. “Ketiga dengan menganalisis sistem jaringan jalan dan sistem transportasi makro dan keempat adalah melakukan penegakan hukum,” tegas Bambang lagi.
Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar menilai, kecelakaan yang terjadi memang tidak hanya karena kecelakaan tunggal. “Kecelakaan ini sebagian melibatkan kendaraan lain, dan juga akibat dari infrastruktur jalan yang masih jelek,” sebut Boy Rafli Amar.
Berbagai penyebab seperti dijelaskan Boy Rafli, memang jadi pekerjaaan rumah pemerintah. Saat MOTOR Plus menyusuri jalur Pantura bersama pemudik merasakan kondisi jalur yang memang belum sempurna. Di Pantura yang bergelombang, berlubang juga licin oleh pasir.
Pengelihatan pengendara dipaksa fokus dan lebih konsentrasi ekstra ketimbang jalan siang. Paling dominan jalur tengah di Jawa, Sumatera apalagi Kalimantan. Di Jawa, salah satunya adalah wilayah Subang, Kalijati, Semarang. Untuk Sumatera jalur tengah menjadi sangat rawan akan penerangan, karena jalur lebih ke pegunungan semisal Bakauheni menuju Tanjungkarang.
Terlalu pede bisa menghancurkan etika dan attitude ideal di jalanan. “Banyak dijumpai pengendara yang ngebut dan menyalip seenaknya,” ungkap manta kabidhumas Polda Metro Jaya ini.
Dalam situasi kerumunan macet misalnya, pengendara dalam kawanan besar, secara psikologi membuat mereka seolah raja jalanan. Perilaku demikian bisa menimbulkan bencana dan terjadi tabrakan beruntun. Ayo sadari, semua ingin pulang dan berjumpa dengan keluarga masing-masing, yuk saling support. (motorplus-online.com)