Idealnya nggak perlu ada pemisahan berarti antara dunia balap dan daily rider. Sejatinya mereka sangat dekat. Dari segi tren, fesyen sampai skill riding. Jadi nggak heran kalau dunia balap menginspirasi brothers di jalanan dalam setiap segi kegiatan. Motor pabrikan produksi massal, didesain ala motor sirkuit, helm, jaket sampai sepatu, bisa membantu rider lebih pecaya diri di jalan termasuk dari sisi estetika yang aerodinamis dan kompetitif. Gaya dan tren ini bisa dilihat dari pembalap nasional juga pembalap international.
Jadi check it out.. Bagaimana infiltrasi dunia balap di keseharian kita. Gass!
“Saya pilih Rockstar karena saya suka logonya. Lagian juga, Rockstar memang seperti jiwa saya. Saya suka music rock,” beber Jorge Lorenzo saat ngobrol dengan MOTOR Plus di Jakarta beberapa waktu lalu.
Rockstar salah satu label yang dekat dengan dunia balap. Selain Rockstar, ada Monster Energy. Selain dua brand itu, ada juga RedBull. Uniknya merek ini bukan cuma menempel di arena balap dunia, tapi juga di kalangan racing Indonesia.
Silakan brother jalan ke pasar kaget atau pasar tradisional logo Rockstar, Monster Energy, dan Redbull akan bisa didapat. Logo itu nempel di kaos, topi, ataupun jaket. Rockstar dan Monster Energy sama-sama diproduksi di Amrik. Rockstar diperkenalkan pendirinya Russel Weiner yang sudah memasarkan minuman berenergi sejak 1998 di Las Vegas, Nevada.
Monster Energy sendiri salah satu produk minuman berenergi dari Hansen Natural (HN), perusahaan minuman bersoda yang sudah didirikan sejak 1930-an di California. Monster Energy mulai diperkenalkan HN 10 tahun lalu. Kedua minuman itu sebenarnya terhitung baru dibanding Red Bull yang asal-usul punya hubungan dengan Krating Daeng.
Dietrich Mateschitz, pendiri Red Bull GmbH di Austria 25 tahun lalu. Red Bull jadi raja minuman berenergi di dunia yang sanggup menjual 4,5 milyar kaleng dalam setahun.
Demam sepatu lain warna di harian, dipengaruhi di balap. Trendsetternya adalah Valentino Rossi. Memakai sepatu hijau di kaki kanan dan biru di kaki kiri. Tren ini kemudian diikuti oleh pembalap lainnya seperti Jorge Lorenzo. Lorenzo memakai sepatu merah di kaki kanan dan putih di kaki kiri.
Tren ini diaplikasi pada sepatu gaul harian. Biasanya pada sepatu jenis kets atau sneakers. Karena tidak ada produsen yang menjual dua warna dalam sepasang sepatu, maka diakali dengan membeli dua pasang sepatu yang beda warna. Memakainya, tinggal digabung.
Tren ini tidak hanya berlaku di dunia international. Beberapa tim balap nasional juga terpengaruh gaya berpakaian pembalap dunia. Contohnya tim Star Motor saat memperkuat Petronas, memakai sepatu Nike hijau. Juga tim AHRS yang menggunakan sepatu Crocs. Diplih karena simpel dan ringan
Sekarang kacamata merek dunia lebih banyak fokus mensupport crosser dibanding pembalap road race untuk arena balapa di Indonesia. Aep Dadang yang sampai saat ini didukung untuk menggunakan produk Oakley, salah satunya kacamata. Alexander Wiguna dan Andre Sondakh juga diendorse kacamata Electric yang logonya petir. Oakley berasal dari Amrik dan Electric from Italia.
Oakley memang populer di dunia balap internasional. Casey Stoner dan Valentino Rossi di MotoGP, James Stewart crosser papan atas Amerika, dipercaya jadi dutanya Oakley. Sedangka Electric lebih populer di kalangan x-treme game seperti freestyle.
Di kalangan pembalap ada tipe Oakley dan Electric yang populer. “Kalau untuk di kalangan motocross Oakley edisinya James Stewart,” ujar Aep, pembalap SE125 senior asal Bandung. “Umumnya jenis Knoxville yang banyak disenangi,” tambah Alexander Wiguna, crosser asal Lombok, NTB.
Harga kacamata Oakley tipe yang gemar dipakai di kalangan pembalap bisa lebih dari Rp 2 juta. Sedangkan kaca mata Electric, rata-rata banderolnya di atas Rp 1,5 juta. (motorplus-online.com)