SINGLE & DOUBLE VOICE COIL
Subwoofer itu sendiri sebenarnya terbagi menjadi dua tipe, yaitu single voice coil (SVC) serta double/dual voice coil (DVC). Keduanya sama-sama dibekali diameter lingkar konus yang hampir sama, mulai 8 inci, 10 inci dan 12 inci.
Namun yang menjadi pembeda antara tipe SVC dengan DVC, terletak pada kemampuan power handling yang menyertai kedua model subwoofer tersebut. Misalkan peruntukannya sekadar buat harian, cukup menggunakan subwoofer SVC dengan kemampuan menyuplai power rata-rata (RMS) 300 watt.
Untuk settingan SQ (Sound Quality) murni, umumnya menggunakan subwoofer SVC dengan daya 400 watt RMS. Buat SQL (Sound Quality Loud) kerap mengandalkan DVC berdaya 500-600 watt RMS.
Sementara untuk sistem SPL (Sound Pressure Loud), idealnya mengandalkan subwoofer DVC bermagnet tebal dengan power handling di atas 600 watt RMS.
"Intinya untuk pemakaian tipe single atau double voice coil, mesti menyesuaikan dengan kebutuhan serta peruntukannya. Sebab kalau salah menggunakan komponen, dampaknya bisa fatal seperti power amplifier sering jebol karena tidak sanggup menyuplai tegangan ke subwoofer," beber Johny, instalatur Mega Audio di Green Garden, Jakbar.
Selain itu, cermati pula berapa besar tahanan yang menyertai subwoofer. Sebab semakin besar angka tahanannya (Ohm), otomatis watt-nya juga lebih kecil.
Jika power handling (Watt-RMS) pada subwoofer semakin kecil, kemampuan menciptakan efek menghentak ketika suara bass diperkeras oleh bagian woofer-nya tidak begitu terasa di telinga. Kondisi inilah yang kerap dikeluhkan para pemain audio, dengan mengistilahkan efek low tak begitu jelas alias masih samar terdengar.
Karet surround memengaruhi kemampuan naik-turun konus secara maksimal yang akan berpengaruh pada efek entakan suara bass
Contoh, subwoofer yang digunakan tipe dual voice coil, memiliki spesifikasi 500 Watt RMS dengan tahanan 4 Ohm. Supaya dapat menghasilkan power handling suara bass yang lebih besar, bisa memparalel kedua terminal voice coil, dengan menghubungkan kutub positif dengan positif dan negatif ke negatif.
Hasilnya, kemampuan daya yang sebelumnya 500 watt RMS, akan bertambah dua kali lipat menjadi 1.000 watt RMS. Hal ini lantaran tahanannya sudah diperkecil mejadi 2 Ohm, karena efek paralel pada kedua terminal voice coil-nya tadi.
Jika power handling subwoofer sudah didongkrak seperti itu, otomatis butuh power amplifier yang mempunyai kemampuan suplai tegangan mencukupi.
Sebab jika tak diimbangi dengan pemakaian power amplifier yang mumpuni, dikhawatirkan akan membuat suara bass tak optimal. Bahkan bisa merusak power amplifier yang digunakan, jika kemampuan suplai daya listriknya lebih rendah dari yang dibutuhkan oleh subwoofer yang dipakai. (mobil.otomotifnet.com)