Tahun Depan Indonesia Banjir Mobil Mewah Akibat IJEPA ?

Editor - Sabtu, 14 Desember 1901 | 03:53 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Setelah diratifikasinya perjanjian perdagangan Pemerintah RI dengan Jepang yang bertajuk IJEPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement) yang sudah dimulai sejak 1 Juli 2008 lalu diprediksi mobil-mobil asal Jepang berkapasitas mesin di atas 3.000 cc akan semakin marak.

Pajak Impor 4 Persen
Pasalnya, setelah terjadi pernurunan tarif impor (import duty) sejak 2008 lalu, di tahun 2011 mendatang mobil kategori tersebut cuma dikenakan 4% dari sebelumnya 45% (tahun 2008). Dan di 2012, turun hingga 0%.

Namun dengan persyaratan mendapatkan fasilitas IJEPA, seperti suku cadang harus bersumber dari Jepang, konten spare part 40% dari Jepang dan harus menyerahkan COO atau Certificate of Origin (sertifikat asli ATPM), bukan impor oleh IU (Importir Umum).

Makanya, sejak dua tahun lalu, ATPM-ATPM mobil asal Jepang sudah mulai gencar bermain di mobil ‘mewah’ bermesin di atas 3.000 cc. Contoh Toyota yang menghadirkan Alphard, Harrier dan brand Lexus.

Atau, rencana Nissan yang kuartal pertama tahun 2011 akan memasarkan MPV mewah All-New Elgrand tipe Highway Star Premium (tipe tertinggi) bermesin 3.500 cc. “Kita sengaja bawa Elgrand tipe tertinggi dengan mesin 3.500 cc karena ada fasilitas IJEPA itu,” jelas Teddy Irawan, deputy director sales & marketing PT Nissan Motor Indonesia, ATPM Nissan (NMI) seraya mengatakan banderol Elgrand akan dipatok di bawah Rp 900 juta.

Tak hanya itu, NMI juga berniat membawa brand Infinity ke Tanah Air tahun depan yang notabene memboyong produk-produk premium cars yang kebanyakan berkapasitas engine di atas 3.000 cc.

Tidak Untung
Hadirnya perjanjian bilateral Indonesia-Jepang itu ternyata tidak terlalu menguntungkan banyak industri otomotif nasional. Soalnya yang dikenakan penurunan pajak adalah mobil-mobil mewah. Bukan kategori mobil yang laris alias banyak dibutuhkan orang.

“Yang diuntungkan ya Jepang. Bagi industri otomotif nasional sepertinya gak ada benefit-nya selain bisa memasarkan (impor) mobil di atas 3.000 cc itu,” ujar Widyawati, GM product planning & customer relationship PT Toyota Astra Motor, ATPM Toyota.

Endro Nugroho sependapat. “Yang diuntungkan adalah kendaraan berkapasitas mesin besar,” ujar marketing director PT. Suzuki Indomobil Sales, ATPM mobil Suzuki saat ditemui di acara Suzuki Peduli 2010 di Suzuki Pondok Indah, Jaksel (13/8) ini.

Sementara di Indonesia, pasar otomotif roda empat didominasi mobil bermesin 1.500 cc. “Jadi lebih menguntungkan yang enggak semestinya dapat bantuan,” tukas Endro.

Ia menganjurkan, semestinya kebijakan ini lebih memihak low cost car dan eco car. Karena insentif yang diberikan bisa lebih berguna terutama yang memengaruhi kebutuhan hidup orang banyak, khususnya dalam hal transportasi. “Sebenarnya tidak masalah, tapi melihat prioritasnya seharusnya yang lebih riil.”

Di kesempatan berbeda, Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Departemen Perindustrian, Budi Darmadi jelaskan produk mobil di bawah 3.000 cc masih tetap bisa bersaing. Karena ada Pajak Pertambahan nilai Barang Mewah (PPnBM) yang dikenakan tinggi. “PPnBM mobil di atas 3.000 cc masih dikenakan 75% kok,” ujar Budi saat dijumpai akhir tahun lalu.

Makanya, ia berkilah akan tetap melindungi industri otomotif di dalam negeri yang sudah ada. Baik untuk pasar nasional maupun ekspor.

Yang untung tetap orang-orang berkantong tebal toh!

Penulis/Foto: Anton, Pj / Otomotif