Meski diakui mendulang perhatian sangat besar karena menghadirkan ketegangan secara terus menerus saat balapan berlangsung, tapi rupanya 3 pembalap yang finish di podium MotoGP Australia tidak sepakat. Mereka bahkan tidak ingin hal itu terjadi lagi, kecuali memang ada kondisi mendadak seperti di Australia.
“Saya rasa itu bukan ide yang bagus untuk melakukan pit stop di MotoGP. Lantaran ketika keluar dari pit stop, cakram rem masih sangat dingin. Ini sangat berbahaya bagi pembalap. Tapi yang paling utama adalah di jalur pit, karena pembalap yang usai mengganti motor bisa bertabrakan dengan pembalap yang baru akan mengganti motor. Kalau pit stop karena kondisi cuaca masih bisa diterima,” jelas Jorge Lorenzo.
Senada dengan Lorenzo, Pedrosa pun menganggap hal ini tak perlu dilakukan oleh komisi balap GP jika memang kondisinya tidak meminta. “Okelah di MotoGP Australia kami melakukan hal ini karena kondisinya memang mengharuskan. Semua diganti karena kondisi aspal masih baru dan temperatur ban tidak terkontrol. Tapi untuk berikutnya ya jangan pakai pit stop,” klaim Pedrosa.
Sedikit berbeda dengan Valentino Rossi, ia menganggap bahwa melakukan pit stop seperti itu di MotoGP adalah hal yang cukup seru juga. Alasan untuk mempertahankan jumlah lap yang banyak, ya caranya memang harus seperti itu jika terjadi kondisi abnormal pada ban.
“Saya rasa ini bisa jadi pilihan untuk kompetisi MotoGP di masa mendatang, yaitu balapan lebih panjang tapi dengan 1 atau 2 kali pit stop. Kondisi ini memungkinkan setiap pembalap bisa tampil 100 persen secara terus menerus. Tapi sebaiknya dibikin normal saja. Harusnya sebelum balap di sini, Bridgestone menawarkan sesi tes dengan pembalap di MotoGP. Mereka juga harus memasok kompon ban keras yang bisa digunakan,” jelas Rossi.
Harapan para pembalap untuk tampil dengan regulasi balap MotoGP yang normal, tentu sangat besar. Agar para pembalap bisa tampil dengan strategi yang lebih tepat. Bukan strategi balap yang terbentuk karena unggul di strategi pit stop. (otosport.co.id)