Diantara hal yang membuat peran pelumas sangat besar adalah karena pemberlakuan jumlah pasokan mesin, yang mulai tahun 2013 dibatasi hanya sebanyak 5 unit saja. Jadi setiap pembalap hanya diperbolehkan menggunakan 5 unit mesin untuk 1 musim. Jika pun harus mengganti untuk mesin keenam, maka pembalap tersebut akan menjalani hukuman penalti start dari jalur pit.
“Kami sadar itu adalah tantangan terbesar kami di ajang balap sekelas MotoGP. Ketatnya regulasi, tuntutan kinerja pelumas yang harus mampu melindungi mesin pun semakin tinggi. Tapi Shell menganggap bahwa ini semua adalah tantangan yang patut di jawab. Makanya Shell selalu menggunakan ajang ini untuk melaksanakan riset,” jelas Gatot Prihandoko, Technical Adviser Shell Lubricants Indonesia.
“Jadi selama musim berlangsung, kami tetap melakukan riset. Terutama setelah menjalani 1 seri, pelumas bekas yang sudah dipakai, langsung dibawa ke laboratorium untuk mengecek viskositasnya, kandungan material, serta efek-efek perubahan pada oli akibat digunakan pada mesin berperforma tinggi,” paparnya.
Gatot menambahkan, bahwa hasil riset yang mereka lakukan di MotoGP inilah yang mereka aplikasikan ke produk-produk Shell di dunia. (otosport.co.id)