Ini terbukti dengan posisinya yang mampu bertahan hingga mengambil alih pimpinan lomba sebelum melakukan pit stop untuk melakukan penggantian ban kompon medium. Pada saat memimpin lomba itulah, ia mampu memaksimalkan potensi terbaik yang dimilikinya, sehingga bisa mengejar ketertinggalan saat mengganti dengan kompon medium di stint kedua.
“Saya menikmati balapan yang ada, sebab dalam posisi melakukan tekanan kepada pembalap lain. Ada momen yang sangat krusial yaitu pada stint pertama, dimana saya adalah salah satu yang memilih kompon keras atau ban utama. Rasanya sangat lama dan untuk menjaga performa dalam sesi itu tidaklah gampang. Hingga pada saat stint kedua, kami memasang mode menyerang secara maksimal dan bertarung apik dengan beberapa pembalap,” bangga Perez.
Jika melihat penampilan Perez dan juga tim Sauber secara performa mobil, mereka adalah salah satu mobil yang mampu memanfaatkan performa ban dengan cukup bijak. Sehingga degradasi ban yang biasanya terjadi cepat, bisa mereka kurangi. Dan inilah keuntungan dari mobil mereka, jadi wajar dalam sesi long run seperti balapan, mereka mampu tampil apik.
Sementara untuk sesi short run atau simulasi kualifikasi, banyak hal yang berpengaruh. Sehingga mereka tidak bisa maksimal meraih lap time. Diantaranya adalah tidak terlalu kompetitif di trek lurus saat head to head dalam kondisi DRS (Drag Reduction System) terbuka. Kekuarang mobil tim Sauber ini, tentu jadi pekerjaan rumah paling besar bagi tim yang bermarkas di Hinwil, Switzerland itu. (otosport.co.id)