Merilis Ajang Minisport 150 cc, Sebagai Ajang Penjenjangan

billy - Senin, 15 Oktober 2012 | 07:14 WIB

(billy - )


Masih soal jembatan menuju balapan sport 250 cc atau bahkan Supersport 600 cc. Jembatan tentu bukan balik lagi balapan bebek, melainkan kelas sport 150 cc.

Kenapa harus kelas sport 150 cc? Itu karena beberapa pabrikan motor yang ada di Tanah Air, punya produk dengan kapasitas mesin yang dimaksud. Meski jualannya enggak sebesar motor bebek ataupun skutik, namun diharapkan pabrikan motor bisa jadi pendukung dibukanya kelas 150 cc.

Pabrikan motor yang saat ini masih berjualan produk motor sport 150 cc, diantaranya PT Astra Honda Motor (AHM), PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan PT Minerva Motor Indonesia (MMI).

Ada 2 produk yang AHM miliki untuk sport 150, yakni Honda Mega Pro dan Honda CBR150R. Produk-produk tersebut berbeda model, Mega Pro yang masih karburator merupakan motor sport turing. Sementara CBR 150R bentuknya motorsport tulen dengan fairing dan bermesin injeksi.

YIMM dengan 2 produk namun 1 jenis, yakni sport turing. Selain bentuk, perbedaan dari ke-2 produk adalah Vixion dengan mesin injeksi dan Byson yang masih karburator.

Dengan 2 model (Sport Turing dan Sport tulen), produk MMI menggunakan mesin dengan sistem suplai bahan bakar menggunakan karburator. Ke 2 produk MMI itu adalah Minerva X-road 150S dan VX150.

Pabrikan motor lain sebenarnya bukan enggak punya produk motorsport 150 cc. Seperti PT Suzuki Indomobil Sales, pernah punya dan berjaya dengan produk sport tulen FXR 150 cc. Atau juga bisa mulai memasukkan produk sport turing Suzuki GS150R.

Saat ini Kawasaki Ninja 150 tipe R, RR dan SS yang bermesin 2 tak, jadi produk sport mid-end milik PT Kawasaki Motor Indonesa (KMI). Tapi dengan era balapan mesin 4-tak, bisa jadi KMI melirik untuk masuk ke pasar tersebut.

Saat ini produk sport turing Apache RTR lansiran PT TVS Motor Company Indonesia, memiliki kapasitas mesin 160 dan 180 cc. Dengan model yang mirip, di India sendiri ada Apache yang berkapasitas mesin 150 cc.

“Memang ada beberapa produk motor sport di Tanah Air, namun sedikit disayangkan soal durabilitas bila dipakai balap. Terutama buat motor-motor yang non Jepang,” jelas Eddy Saputra pemilik tim balap motor ASH.

Tentu apa yang dibilang Eddy tersebut, bisa jadi tantangan bagi motor-motor yang diproduksi pabrikan non Jepang. Membuktikan di arena balap, mungkin bisa membuktikan keraguan atas durabilitas.
Dengan teknologi balap yang sudah sedemikian berkembang, bagi Angga Kurniawan lebih enak setting motor injeksi buat balapan. “Semuanya bisa lebih akurat dan enggak butuh waktu lama untuk seting,” jelas pemilik tim dan bengkel balap Ajani Racing di kawasan Kelapa Dua, Jakbar.

Angga mengilustrasikan, kalau masukan dari rider bahwa mesin ‘kebasahan’ maka butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk bongkar pasang dan setting. Sedangkan dengan mesin injeksi, enggak sampai 10 menit mesin sudah running lagi.
Tapi seperti balapan bebek saat ini, lebih banyak mekanik yang sudah siap dengan mesin karburator dari pada injeksi.

Pada musim-musim mendatang ketika motorsport injeksi sudah ambil peranan, bisa jadi semuanya berubah.  (otosport.co.id)