Keuntungan sistem injeksi yang memisahkan fungsi throttle body sebagai pengatur masuknya udara dan injektor sebagai penyemprot bahan bakar membuat tuner bisa kreatif mencari kombinasi peranti dan pemasangan yang paling ideal berdasarkan kebutuhan.
Paling mencolok tentu kreasi Benny Djati Utomo sebagai pioner bebek balap berinjeksi dengan posisi injektor dipasang tegak di moncong throttle body. Injektor pada dasarnya terdiri dari rangkaian nosel dan katup yang menyemburkan partikel bensin setelah dipompa fuel pump.
Untuk kebutuhan balap tentu dibutuhkan nosel yang berukuran besar sehingga tak salah jika Benny memilih injektor Honda CBR 250R dengan asumsi nosel standarnya mampu melayani mesin 4-tak kapasitas 250 cc yang hampir 2 kali dari silinder underbone 4-tak kelas 125 cc.
Tujuannya jelas agar kiriman bensin tak sampai kurang saat mesin digeber di atas 13 ribu rpm, secara teori memang bisa saja diatur berapa banyak debit bensin yang dikucurkan nosel lewat pengaturan di ECU. Tapi akan lebih masuk akal jika dipilih nosel ukuran besar tapi dibatasi semburannya ketimbang nosel ukuran sedang yang dipaksa sampai maksimal.
Serupa yang dilakoni oleh Mr Cing dari Bengkel NCT di Bangkok Thailand yang memilih throttle body dan injektor dari Honda CBR 150R ketimbang punya Click (Vario) 125 PGM-Fi untuk dipasang di Honda Czi 110 (sama dengan Blade 110 di Indonesia).
Dengar pula pengalaman Adrian Hendrayana dari Speedsparks Bekasi saat menangani Yamaha Vixion dengan tingkat modifikasi berat dengan memakai piggy back buatannya. Saat disetting ternyata mesin meminta kebutuhan bensin lebih, padahal setelan bensin di piggy back sudah dibikin maksimal.
“Sepertinya nosel standar Vixion terlalu kecil, putar akal cari yang bentuknya sama tapi punya debit lebih banyak dan akhirnya ketemu nosel punya Daihatsu Xenia 1.000 cc,” kata Adrian. Setelah ganti nosel yang lebih besar maka mesin pun bisa disetting normal. Era bebek balap injeksi memang mengharuskan mekanik kreatif mencari potensi baru! (otosport.co.id)
Paling mencolok tentu kreasi Benny Djati Utomo sebagai pioner bebek balap berinjeksi dengan posisi injektor dipasang tegak di moncong throttle body. Injektor pada dasarnya terdiri dari rangkaian nosel dan katup yang menyemburkan partikel bensin setelah dipompa fuel pump.
Untuk kebutuhan balap tentu dibutuhkan nosel yang berukuran besar sehingga tak salah jika Benny memilih injektor Honda CBR 250R dengan asumsi nosel standarnya mampu melayani mesin 4-tak kapasitas 250 cc yang hampir 2 kali dari silinder underbone 4-tak kelas 125 cc.
Tujuannya jelas agar kiriman bensin tak sampai kurang saat mesin digeber di atas 13 ribu rpm, secara teori memang bisa saja diatur berapa banyak debit bensin yang dikucurkan nosel lewat pengaturan di ECU. Tapi akan lebih masuk akal jika dipilih nosel ukuran besar tapi dibatasi semburannya ketimbang nosel ukuran sedang yang dipaksa sampai maksimal.
Serupa yang dilakoni oleh Mr Cing dari Bengkel NCT di Bangkok Thailand yang memilih throttle body dan injektor dari Honda CBR 150R ketimbang punya Click (Vario) 125 PGM-Fi untuk dipasang di Honda Czi 110 (sama dengan Blade 110 di Indonesia).
Dengar pula pengalaman Adrian Hendrayana dari Speedsparks Bekasi saat menangani Yamaha Vixion dengan tingkat modifikasi berat dengan memakai piggy back buatannya. Saat disetting ternyata mesin meminta kebutuhan bensin lebih, padahal setelan bensin di piggy back sudah dibikin maksimal.
“Sepertinya nosel standar Vixion terlalu kecil, putar akal cari yang bentuknya sama tapi punya debit lebih banyak dan akhirnya ketemu nosel punya Daihatsu Xenia 1.000 cc,” kata Adrian. Setelah ganti nosel yang lebih besar maka mesin pun bisa disetting normal. Era bebek balap injeksi memang mengharuskan mekanik kreatif mencari potensi baru! (otosport.co.id)