Kelas baru berdasarkan pembatasan tenaga mesin di kejurnas balap mobil direncanakan akan bergulir di musim kompetisi 2011 ini. Kelas ini akan menggantikan kelas lama yang terbukti tidak ramai pesertanya dan menjadikan balapan sebagai tontonan yang tak menarik. Utamanya untuk memancing merek-merek mobil lain selain Honda Jazz untuk ikutan dengan regulasi yang setara untuk semua merek mobil. Seperti apa kelas yang baru yang tengah disiapkan tersebut? Mampukah digelar di seri perdana April mendatang?
Sidarto SA. Tenaga 130 dk supaya semua mobil bisa ikut, 165 dk akomodir peserta kelas GT Car |
Saat ini tengah digodok semua hal mengenai kelas baru tersebut. "Belum final dan masih dalam tahap pembicaraan," ucap Irawan Sucahyono, kepala departemen olahraga PP IMI. Besaran tenaga mobil juga belum diputuskan mau dipatok berapa, ada yang bilang 140 dan 160 dk dan ada pula yang menyebut 130 dan 165 dk.
"Balapan kelas baru ini seperti balapan luar negeri yang memiliki 2 patokan tenaga mesin dan dilepas secara bersamaan. Selain itu, kelas ini juga akan menggantikan kelas Super1500 Max yang pernah digelar tapi tidak terlalu sukses. Mudah-mudahan kelas baru ini mampu mendatangkan pembalap baru yang cukup potensial," ucap Irawan.
Sidarto SA yang memiliki ide menyebut kalau patokan 130 dk atas dasar supaya setiap pabrikan mobil bisa ikut. "Tidak banyak ubahan untuk mencapai angka tersebut. Mobil memang agak pelan, tapi akan banyak ATPM yang ikut didalamnya," serunya.
Sedangkan untuk kelas yang 165 dk, dimaksudkan untuk menjaring peserta yang kini tergabung dalam kelas GT Car. Darto, sapaan Sidarto menyasar mobil-mobil sedan yang memiliki kapasitas mesin 1.400-1.600cc.
Meski modifikasi mesin bebas, ada beberapa batasan yang diterapkan pada kelas tersebut. Seperti pada kelas 130 dk, tidak diperkenankan menggunakan sokbreker tipe two atau three way (jumlah setelan sokbreker). Hanya diperbolehkan menggunakan tipe one way saja. Girboks juga musti standar. Arahnya supaya balapan tetap dapat murah dan terjangkau bagi semua pembalap, terutama bagi yang baru terjun di balap.
Berat minimum juga ditetapkan sebesar 1.050 kilogram. Maksudnya supaya tidak terlalu banyak komponen mobil yang dilepas atau berganti bahan sehingga dapat meningkatkan biaya modifikasi. Khusus kelas 130 dk, hanya boleh diikuti pembalap pemula (non seeded).
Sedang untuk kelas 165 dk dibuat sedikit lebih bebas. Maksudnya bagi setiap mobil yang akan ikut dipersilakan untuk mengoprek mesin dengan batas maksimal 165 dk tersebut. "Terpatok pada blok dan kepala silinder mesin yang harus standar pabrik," tambah Darto yang juga menyebut pesertanya kelas 165 dk terbuka buat siapa saja (seeded dan non seeded).
Jadi, dalam kelas 165 dk tersebut terbuka bagi yang ingin mengganti komponen camshaft, setang piston, bahkan piston itu sendiri. Sokbreker juga diperkenankan menggunakan teknologi three way.
Meski memiliki kebebasan di sektor sokbreker dan ubahan mesin, namun girboks diwajibkan standar pabrik. Tidak boleh diubah sedikitpun. Bobot minimum dibuat sebesar 1.000 kilogram, mengikuti kelas GT Car.
Lalu bagaimana caranya untuk membatasi dan mengetahui besaran tenaga mobil tersebut. Menurut Darto, nantinya pihak penyelenggara akan bekerjasama dengan salah satu bengkel penyedia mesin dyno. Supaya berlaku adil, dipilih bengkel yang memiliki dyno tapi tidak memiliki tim dalam balap mobil. "Kalau sudah ketemu, kita akan kontrak selama 1 tahun," tambahnya.
Uji dyno tersebut akan dijalankan oleh pemenang tiap kelas posisi 1, 2 dan 3 dan akan dilakukan pada Senin pagi setelah balap hari Minggu usai. Mobil akan digendong menuju tempat dyno dan saat siang hari silakan mobil kembali diambil oleh tim peserta. Tentunya proses dyno dipandu petugas scrutineering yang memang ahli di bidangnya.
Kendalanya saat ini, yakni nyaris semua peserta memiliki berbagai mapping komputer mesin dan dimasukkan dalam suatu memori. Tinggal putar switch, maka mapping komputer akan berubah. Menjaga supaya tidak ada yang nakal dengan permainan switch ini, panitia melarang penggunaan mekanisme ini pada mobil balap kelas 130 dk dan dibiarkan pada kelas 165 dk.
Namun jangan sampai memiliki pikiran untuk mengakali regulasi di mekanisme switch ini. Saat balap pakai mapping yang tenaga besar, namun setelah finish, putar switch dan sesuai regulasi. Hal ini akan tertangkap, sebab panitia akan mencoba semua klik dalam mobil. "Kita tentukan yang paling besar. Contohnya jika ada 3 klik dan paling tinggi 170 dk, maka kita asumsikan saat balap pakai yang 170 dk. Hasilnya akan didiskualifikasi dan pemenang gugur," tegas Darto. Pengujian dyno direncanakan hanya 3 kali run.
Sampai saat ini, pihak Darto baru menyampaikan usulan tersebut secara lisan kepada beberapa ATPM. Wajar jika belum ada yang merespon dengan baik. Menurut Darto, kendala ada pada regulasi yang juga belum final ini.
Oleh karena itu, dirinya juga pesimis kalau kelas baru ini bisa digelar saat seri perdana yang rencananya digelar pada (9-10/4) mendatang. Padahal rencananya, kelas baru ini akan langsung diberi label kejurnas. "Dengan catatan peserta paling sedikit 8 dan bisa merangkul 3 merek mobil. Kalau terlalu sedikit yang tidak bisa juga," sebut Irawan.
Masih begitu banyak PR yang harus dikerjakan oleh pihak terkait supaya balap kelas baru ini bisa berjalan dengan baik. Mungkinkah kelas baru ini terlaksana? (otosport.co.id)