Usulan Restriktor di Balap Mobil Belum Populer

billy - Minggu, 20 Februari 2011 | 10:42 WIB

(billy - )



Dominasi
Honda Jazz di balap mobil kelas GT Car dinilai akan merugikan kompetisi dan industri balap. Tak heran jika ada beberapa pihak yang memikirkan mengenai cara memancing merek mobil lain selain Honda. Setelah usulan pembatasan tenaga mesin yang disuarakan oleh pembalap senior, Sidarto SA, sekarang giliran Alvin Bahar, pembalap tim pabrikan Honda. Usulannya dengan penggunaan restriktor.

Restriktor banyak dipakai di beberapa balap internasional. Seperti Formula 3, DTM, reli, NASCAR dan banyak lagi. Penggunaannya untuk membatasi suplai udara ke ruang bakar sehingga tenaga mesin akan berkurang. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran Alvin mencuatkan wacana penggunaan restriktor di kelas GT Car.

Menurut Alvin, "Kalau dengan pembatasan tenaga mobil, terlalu banyak biaya yang dikeluarkan oleh pembalap, terutama privateer. Karena pembalap paling tidak harus beli lagi kepala silinder baru, belum lagi dengan mekanisme dyno yang juga belum tuntas mau seperti apa," ucap Alvin.

Sedangkan jika menggunakan komponen yang mengurangi debit udara di saluran hisap mesin itu maka pembalap tak perlu membeli kepala silinder baru. Sebab, dengan adanya restriktor maka udara yang masuk dibatasi dan secara langsung power mesin tak akan keluar sepenuhnya. Efek selanjutnya, tentu saja waktu tempuh akan bertambah lama.

"Tidak masalah waktu tempuh jadi lama, yang penting tujuan supaya balap lebih kompetitif dan ramai dengan merek lain bisa tercapai," sebut pria pengguna Honda New Civic ini. Menurut Alvin, jika restriktor sudah dibatasi asumsinya jumlah udara yang masuk ke dalam mesin akan sama setiap merek mobil.

Sayangnya, Anton dari bengkel Asco di bilangan Pegangsaan Dua, Jaktim yang menangani mobil balap tim HSC (Honda Surabaya Center) tak setuju dengan wacana yang digulirkan oleh Alvin. Menurutnya, jika penggunaan restriktor, maka Honda yang selama ini mendominasi balap akan tetap mendominasi.

"Misalnya saja tenaga mobil Honda 160 dk dan Toyota Yaris 140 dk. Lalu pakai restriktor supaya adil. Memang tenaga akan turun, tapi antara Yaris dan Jazz tidak akan sama penurunannya," ucapnya. Hal ini sangat berkaitan dengan teknologi mesin. Restriktor tidak bisa terlalu banyak mempengaruhi basic teknologi mesin.
 
Alvin Bahar. Penggunaan restriktor jauh lebih murah


Anton justru memiliki pemikiran lain. Caranya dengan melihat pencapaian tenaga maksimum yang dapat diraih oleh mobil kontestan non Honda. "Anggap saja dengan modifikasi maksimal dan sesuai regulasi GT Car, Toyota atau Suzuki bisa mencapai 140 dk, maka peserta yang pakai mobil Honda diharapkan menurunkan tenaga mobilnya sampai 140 dk juga. Pasti nantinya di trek jaraknya akan dekat-dekat," sebutnya.

Berbeda lagi yang diungkapkan oleh Teddy Jusman dari bengkel SS Perfomance Shop Bandung yang menangani Honda Bandung Center. "Saya sih belum tahu mengenai restriktor ini dan belum pernah kenal barangnya. Tapi intinya, kalau wacana yang diajukan oleh Alvin bisa mendatangkan merek lain masuk, saya sangat mendukung. Karena kita jenuh juga balap antar sesama Honda terus," jujurnya.

Selain penggunaan restriktor, menurut Teddy, cara lain yang bisa ditempuh yakni menjadi Honda Jazz sebagai patokan modifikasi. Maksudnya, biarkan saja Honda Jazz seperti saat ini, lalu bagi mobil lain non Honda dipersilakan mengejar sampai mendekati tenaga yang bisa diraih Honda. "Keuntungannya, mobil akan dekat dan lap time akan jauh lebih kencang. Tuner juga dipaksa berpikir untuk membuat mobilnya," serunya. (otosport.co.id)