manajer peserta kejurnas untuk membahas berbagai hal. Juga untuk mengubah mindset event slalom yang selama ini lebih kental perkoncoan (pertemanan) dengan regulasi sesungguhnya.
Beberapa masukan pun digulirkan dari komunitas slalom. Seperti disampaikan Putra Ananta, manajer tim HRVRT KalimantanSelatan. Putra menyebut memang ada beberapa hal yang perlu disempurnakan dan diubah.
Misalnya, start perlombaan yang dimulai pukul 14.00 selama ini dinilai terlalu siang. "Lebih baik dimajukan pukul 10.00 dengan harapan balapan tidak selesai hingga larut malam," ujar Putra.
Namun yang paling mendapat perhatiantentu masalah scrutineering dan parc ferme yang dinilai sangat longgar sehingga terdapat celah yang bisa dimanfaatkan peslalom dan tim.
"Adanya scrutineering yang terkesan asal-asalan itu memberi kesempatan tim bisa nyolong di regulasi teknis. Lalu, parc ferme hanya diperiksa bensinnya saja. Kalau dua hal itu dilakukan dengan cara benar pasti ada gairah baru buat peserta,"lanjut pria berkacamata ini.
Sementara itu James Sanger, juara nasional 11 kali menilai bahwa konsep balapan slalom sudah terbangun dengan baik. Hanya saja masih dirasakan adanya semangat kekeluargaan dalam perlombaan. Akibatnya, masih kurang mengindahkan aturan balap yang sebenarnya.
"Kalau melihat gelaran Djarum Black Slalom ini memang sudah semarak, apalagi ditunjang dengan kemasan masuk TV dan juga promosinya yang gencar. Karena itu event harus diberlakukan seperti halnya balap dengan regulasi yang pasti," ungkap James.
Lagi-lagi soal scrutineering mendapat sorotan. Diusulkan peslalom asal Palembang, Sumatera Selatan itu scrut harus dilakukan seperti halnya balap mobil turing di Sentul.
"Usul nih, juara 1-5 harus dibongkar. Memang akan membutuhkan waktu, apalagi menyangkut rekan-rekan media yang dikejardeadline. Kan tidak masalah, juaranya sebelum discrut ditulis. Nanti kalau terbukti ada pelanggaran, malah ada berita lagi untuk edisi berikutnya," tutur peslalom yang kini membela tim Jangkar Miring Surabaya.
Dengan urusan teknis mobil lebih fair itu pada akhirnya akan membuat slalom lebih menarik. Dan ke depan, lanjut Cici-sapaan James-juara bukan sekadar ditentukankendaraan yang canggih melainkan oleh skill peslalomnya.
Memet Jumhana memiliki pendapat agak berbeda. Secara teknis, ia kurang begitu setuju dengan bongkar-bongkaran mobil karena dilakukan malam hari dan menyita banyak waktu.
"Karena pada dasarnya slalom ini berangkat dari fun. Jadi tidak bisa disamakan dengan regulasi balap mobil turing misalnya. Toh, begitu tetap mungkin dilakukan pembongkaran jika memang disepakati seluruh tim," ujar manajer Toyota Team Indonesia itu.
Untuk menghindari kecurigaan dan kasak-kusuk antar tim, Memet setuju kelas standar boleh memakai peranti limited slip differential (LSD). Daripada banyak yang melakukan ‘pencurian'.
"Tapi sebaiknya mesinnya tetap standar. Sehingga ongkos balapnya tetap murah dan terjangkau oleh para privateer yang jumlahnya juga banyak. Alias bisa disebut slalom dengan murah meriah," lanjut Memet.
Memet yang kenyang asam garam balap ini juga mengusulkan agar penonton juga terinformasi dengan jalannya kompetisi. Apalagi gelaran yang dikemas Genta Auto Sport ini telah dipadukan dengan entertainment.
"Banyak penonton yang hanya bisa melihat kiprah mobil ngepot saja. Tapi, tidak bisa melihat hasilnya di big screen yang dipasang. Nah, saya usul penyelenggarabisa mengakses hasil waktu ke layar besar agar penonton awam bisa melihat waktunya. Itu makin membuat penonton penasaran," tambah Memet.
Tjahjadi Gunawan selaku komandan Genta Auto Sport sangat senang dan terbuka dengan berbagai masukan. Disadari konsep slalom harus terus diisi dengan inovasi agar tetap menarik.
"Saya setuju dengan usulan LSD dibebaskan daripada saling curiga. Itu termasuk yang saya maksud regulasi abu-abu. Toh, harganya tak begitu mahal. Genta juga siap memperbaiki sistem scrut. Intinya, kami tetap akan mengumpulkan komunitas untuk membicarakan ini. Tapi, juga harus konsekuen. Nanti kalau sudah diterapkan harus dijalani dan jangan menawar lagi," kata Gunawan.
Selain itu, Gunawan juga memiliki gagasan untuk membuka kelas F dengan penggerak roda belakang. "Salah satu tujuannya, bisa menampung para komunitas drifting. Adanya kelas ini, juga slalom akan lebih menarik," ungkap Gunawan menambahkantahun ini akan gelar 8 seri. (otosport.otomotifnet.com)