OTOMOTIFNET - Flip Media Kreasi dan Karsa Maxima coba menawarkan format baru kelas drag race saat Clas Mild Racewar Drag Races di kawasan perumahan Kota Harapan Indah, Bekasi (5/6) silam. Beberapa peserta menyatakan sangat mendukung, namun ada pula yang meminta koreksi.
INTERVAL BRACKET KEJAUHAN
Drag race yang hanya menempuh jarak 201 meter ini merupakan ajang pertama di seputaran Jakarta tahun ini. Tercatat sekitar 128 starter ikut ambil bagian.
Tidak adanya kelas free for all (FFA) membuat persaingan antarpeserta tak juga mengendur. Kelas FFA yang lazim terdapat di event drag dipecah lagi menjadi 3 kelas. "Pasti makin seru, karena peserta harus bersaing dengan lawannya yang sesuai," ucap Faisal Ali yang turun di kelas Pro All Wheel Drive (AWD) menggunakan Nissan Skyline R32 ini.
Persaingan juga dirasa semakin fair karena peserta hanya boleh bertanding berdasar pada gerak sumbu roda saja. "Jauh lebih fair. Karena kalau mobil gerak dua roda harus lawan yang 4 agak susah juga, walaupun tidak menutup kemungkinan. Itulah juga yang jadi alasan kenapa sekarang gue pakai mobil yang 4WD," jujur Yose Adrian yang menggeber Mitsubishi Lancer Evolution IX.
Menurutnya, modifikasi yang dilakukan pada mobil gerak 2 roda akan jauh lebih ekstrem dan mahal jika ingin bersaing dengan mobil-mobil gerak 4 roda (4WD).
Sayangnya, persaingan akhir di kelas Pro AWD ini jadi terlihat kurang maksimal. Karena duel maut antara Faisal Ali dan Yose yang sangat dinanti penonton tak tercipta. Walau sama-sama sudah bersanding di garis start, namun Faisal Ali mengalami masalah saat start, sehingga mobil tak meluncur dengan sempurna. Masih ditambah lagi, 50 meter pertama, tenaga mobil seperti belum keluar. Akibatnya Faisal hanya mampu menorehkan waktu 9,194 detik, padahal saat heat 1 sanggup 7,031 detik.
M. Herdy yang menggeber Honda Civic Estilo dan turun di kelas Pro Front Wheel Drive (FWD) menyambutnya dengan antusias. Menurut pemukim di Cianjur, Jabar ini kemungkinan untuk menang akan jauh lebih besar dibanding kalau FFA digabung.
"Dengan pembagian kelas seperti ini, kita jadi tahu peluang yang ada. Sedikit banyak kita juga tahu kemampuan lawan kita yang sesama FWD. Singkatnya, enggak perlu mikir terlalu banyak pas balap," kekeh pengusaha di bidang gas ini.
Berbeda dengan pembagian kelas di Pro, pada kelas sistem bracket, ternyata beberapa peserta meminta untuk dikoreksi. "Jaraknya (waktu bracket) memang terlalu jauh. Lebih baik dibikin jeda per satu detik saja. Jadi mobil yang punya waktu nanggung tidak terlalu sulit untuk mengejar ke bawah," seru Siswanto.
Ada 3 kelas sistem bracket, yaitu 8-9 detik, 9-10,5 detik dan 10,5-12 detik. Sebagai contoh pada kelas 9-10,5 detik. Terdapat mobil yang memiliki waktu tempuh maksimal 9,8 detik, tentu akan sulit mengejar ke bawah atau melambatkan mobil jadi bermain di atas.
Kalaupun meringankan mobil, seperti melepas bemper belakang atau seluruh jok, tentu tak akan bisa turun jadi 9 detik. Bermain di waktu atas, juga akan sulit. "Kalau dibikin jarak waktu lebih mepet pasti persaingan makin seru dan peserta juga bisa makin banyak," ungkap Yanuar Cito Marta, salah seorang peserta dari Auto System.
Melihat dari pembagian kelas ini, ada 2 golongan yang dihilangkan, yakni kelas 10-11 detik serta 11-12 detik. Kelas 10-11 detik, sebagiannya dimasukkan ke kelas True Super Street dan sebagian lagi ke kelas Super Street.
Penulis/Foto: Bud / Salim