OTOMOTIFNET - Tergabung dalam sebuah klub dan hobi turing, membuat Kirmanto mesti mengupgrade tunggangannya, Honda Absolute Revo. “Biar tenaga meningkat dan nafas mesin makin panjang,” ujar pria yang tergabung dalam Honda Revo Club (HRC) ini.
Anto, sapaannya memberikan alasan, dalam kondisi standar kemampuannya tergolong pas-pasan. Apalagi saat harus melalui mobil-mobil besar di jalur luar kota, juga jalanan yang penuh tanjakan. Jika standar terasa ngos-ngosan, apalagi penampilannya sudah berubah jadi ayam jago. Wah, pantessss....
Merasa motornya butuh tambahan tenaga, warga Ciledug, Tangerang ini menyambangi sohibnya yang jago ngoprek mesin. Tepatnya ke pria yang bernama Syahrul Rhomadona, yang buka bengkel tanpa nama di Jl. H. Selong RT 13/01 No.62 Gg. Lingkar 1/2, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakbar.
Ubahan mekanik yang biasa disapa Bogel ini tak terlalu banyak. “Karena sering untuk jalan jauh, maka daya tahan diutamakan,” ujarnya.
Meski begitu, dari hasil pengukuran dynamometer Dyno Jet tipe 250i milik Sportisi Motorsport (SM) hasilnya tergolong lumayan. Bisa mencapai 7,44 dk/7.800 rpm, sedang torsi 7,50/5.600 rpm. Standarnya 6,5 dk/7.000 rpm dan torsi 5,52 Nm/5.400 rpm. Artinya terjadi kenaikan sebesar 0,94 dk dan 1,98 Nm.
Menariknya, perubahan grafik torsi dari 3.500-7.500 rpm terlihat tak terlalu ekstrem, artinya tarikan terasa ngisi terus. Sayang grafiknya seperti gergaji, “Itu karena ban sudah gundul,” ujar Wahyu Dwinanto, kepala bengkel SM yang membantu pengukuran. Kenapa begitu? Karena ban gundul bikin vibrasi.
Mau tahu ubahannya? Buat Mr. Testo Friends yang mengajukan permintaan upgrade Absolute Revo ini di email (mr.testo10@gmail) dan facebook (Tester Otomotif), silakan simak bareng!
Blok & Kepala Silinder
Berhubung mencari daya tahan, maka ubahan tak kelewat ekstrem. Piston hanya naik 0,5 mm, pakai milik Yamaha Crypton oversize 150. “Puncaknya lebih tinggi, sehingga bisa dibikin jenong agar kompresi meningkat,” ujar mekanik alumni SMK PGRI 24 Jakarta ini.
Kepala silinder diubah bagian sitting klepnya. “Diperdalam 5 mm, biar klep tak membentur piston yang jenong,” tambah mekanik 24 tahun ini. Sayang perbandingan kompresi jadi berapa, Bogel enggak menghitung. “Jelasnya pakai Premium masih aman.” Selain itu saluran in diporting & polish 0,8 mm.
Knalpot
Pelepas gas buang dicustom alias kerajinan tangan tipe free flow. “Ini buatan Yogya, dapat waktu turing ke sana,” ujar Anto, sayang pria yang baru saja turing ke Lampung ini lupa nama pembuatnya.
Pengapian
Biar campuran bahan bakar dan udara yang masuk terbakar sempurna, pengapian dioprek hampir pada semua bagian. “CDI pakai Suzuki Shogun 110, koil CLD, ditambah pakai DC Booster,” lanjut Bogel. Tak hanya itu, biar timing pengapian sesuai, pick-up pulser di magnet mesti diubah. “Bagian depan ditambah 3 mm,” tambahnya.
Karburator
Penyuplai bahan bakar ini tetap pakai bawaan motor, hanya spuyernya dibesarkan. “Cukup satu step, pilot jet jadi 38 (std 35), lalu main jet 90 (std 85),” lanjut mekanik yang buka bengkel sudah 8 tahun.
Kopling
Biar tenaga tersalur spontan, mekanisme kopling dibikin manual. “Hanya mematikan gigi primer, lalu membobok bak kopling bawaan motor, rumah kopling berikut kampas juga masih standar,” tutup Bogel.
Part dan jasa | |||
Piston kit + spuyer + jasa | 400.000 | ||
Ubah sitting klep | 550.000 | ||
Bikin kopling manual | 430.000 | ||
CDI Suzuki shogun | 320.000 | ||
Koil CLD | 180.000 | ||
DC Booster | 120.000 | ||
Knalpot | 250.000 | ||
Total | 2,25 Juta | ||
Data performa | |||
standar | Upgrade | Kenaikan | |
Tenaga | 6,5 dk / 7.000 rpm | 7,44 dk / 7.800 rpm | 0,94 dk |
Torsi | 5,52 nm / 5.400 rpm | 7,50 nm / 5.600 rpm | 1.98 nm |
Penulis/Foto: Aant / Aant