Pemerintah ketat mengatur penggunaan motor saat mudik tahun ini. Enggak boleh lebih dari dua orang di atas motor. Dan memang mudikers sudah banyak mematuhi, tapi enggak sadar bawaanya melebihi batasan. Tas yang dibawa boncenger dan si pengendara, plus bagasi tambahan. Tanpa disadari overload alias kelebihan beban.
“Untuk itu perlu cek ruang bakar dan kaki-kaki,” bilang Boy Budi, Kepala Bengkel AHASS Wahana Makmur Sejati di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Ini ada dari Boy. Supaya ngeh berikut poin apa-apa saja yang mesti dicek lantaran overload karena beban, plus daya tempuh dan kondisi jalan yang dilewati.
MESIN PANAS
|
Ngeden kata yang pas buat kondisi mesin kalau beban berlebihan. Putaran mesin tinggi, tapi tidak berbanding lurus dengan kecepatan dihasilkan. Lantaran, berat sudah melebih dari toleransi. Efeknya mesin cepat panas. Mesin cepat panas bisa overheat alias temperatur ruang bakar menjulang tinggi.
Efeknya beragam. Paling mendasar bikin cepat aus komponen di ruang bakar. Artinya, usia part bisa jadi akan mengalami penggantian sebelum waktunya. Kalau jarak tempuh motor sudah melebihi 15.000 km sebelum pulkam alias pulang kampung, pemiliknya kudu waspada. Apalagi, saat mudik bikin beban berlebihan. Cek deh kondisi piston atau ring piston.
Paling aman sih untuk mesin motor yang sudah melebihi jarak tempuh 15.000 km dan dipaksa bawa beban lebih wajib dicek total. Rasakan getaran mesin yang bisa jadi kondisi kruk-as sudah enggak balance. Kalau sudah begini, belah mesin deh. Biar pas dipakai kerja, sekolah, ataupun kuliah risiko mesin terus bawel enggak ada.
|
SOKBREKER BELAKANG
Waspadai kondisi suspensi belakang karena beban berlebihan. Sokbreker jadi komponen yang langsung menerima bobot yang gambot. Termasuk, efek permukaan jalan raya yang dilewati saat mudik banyak yang keriting.
RANTAI DAN GIR DEPAN-BELAKANG
|
Beban berlebihan akan merembet sama kondisi rantai dan gir depan-belakang. Soalnya perputaran mesin yang menghasilkan gerak ditransfer ke gir depan-belakang dan rantai. Daya akan berakhir di roda yang menghasilkan gerakan.
Beban yang berlebihan bikin rantai bergesekan lebih banyak dengan sproket depan-belakang, tapi enggak imbang dengan laju motor. “Kondisi seperti ini bikin cepat aus gir depan-belakang,” beber Boy yang tinggal di kawasan Depok. Jadi, jangan cuma diukur kekenduran rantai. Cek deh mata gir depan-belakang untuk memastikan kondisinya.
BAN dan PELEK DEPAN-BELAKANG
Risiko lanjutan dipastikan ban depan-belakang. Enggak cuma lihat kondisi si kulit bundar. Tapi, cek juga bagian dalamannya. Seperti kondisi teromol ataupun bearing roda. Sekali lagi diingatkan beban berlebih efek paling cepat di ban depan-belakang. Tengok permukaan ban.
Bukan cuma kelebihan berat karena pengendara, boncenger dan barang bawaan, tapi juga permukaan jalan yang banyak belum beres. Permukaan ban paling vital berhadapan langsung sama kondisi aspal jalan. Seandainya sudah menunjukan kondisi jelek, jangan lupa tengok laher roda. Ada kemungkinan juga akan merembet ke bagian itu.
Beban dan perputaran ban akibat traksi dengan permukaan jalan aspal akan berdampak ke kondisi bearing. Untuk tambahan, pelek depan-belakang kudu juga dipantau. Buat yang jari-jari bisa jadi mesti disetel ulang. Yang mesti hati-hati buat pelek palang karena daya redamnya enggak sebaik pelek jari-jari. Terutama untuk jalanan rusak. Bisa jadi kudu dipres.
Penulis/Foto: Niko/GT