Ironisnya, tidak semua pembalap sanggup melakukan teknik ini. “Pembalap kita umumnya lahir dari trek dadakan. Bagi pembalap yang biasa di sirkuit besar, merek-merek itu bisa maksimal,” tutur Bambang Gunardi yang langganan jadi juri MotoGP.
Balap bebek, kerap dihadapkan sirkuit dadakan. Penuh dengan tikungan patah balik badan. Tiga spek motor di atas, seolah tidak berdaya. Sebaliknya, Yamaha jadi populer. Tusukannya cepat. Moncongnya gampang tengok. Pembalap pemula pun lebih percaya Yamaha, dibanding Suzuki, Honda apalagi Kawasaki.
Trek jadi-jadian, seolah sekolah dasar hingga menengah. Dari pemula hingga seeded dicekokin tikungan patah dengan Yamaha. Akhirnya, teknik balap ngaco. “Trek dadakan juga butuh rolling speed. Ini baru di sadari setelah banyak balap di sirkuit besar,” ujar Gilang Pranata Sukma, pembalap Yamaha Tunggal Jaya ASH yang khusus main di MotoPrix alias MP.
Lama gaul di trek jadi-jadian yang bukan hantu, teknik balap ancur. Ini jadi kombinasi susah kala coba motor lain seperti Honda, Kawasaki dan Suzuki. Pembalap jago dengan teknik benar, tak alergi ganti motor. Tak ribet pindah dari Yamaha. Justru sebaliknya, sasis non Yamaha lebih mumpuni untuk lebih melengkapi ajian rolling speed.
Contoh Harlan Fadhillah. Di Yamaha juara IndoPrix bersama Star Motor. Pindah ke Suzuki AHRS 2010, tidak menjadikan pembalap jebolan Oztrali ini terpuruk. Karena dia ahli rolling speed. Dengar-dengar juga dengan Honda, catatan waktunya di Sentul kecil setara Yamaha.
Harlan memang pembalap senior jebolan trek Kemayoran. Di kejurda Kemayoran, treknya didesain parabolik. Chamber-nya lebar, mengajari pembalap pakai teknik rolling speed. Sayang, Kemayoran tinggal kenangan. “Yang harus dipelajari kan karakter motor. Baru disesuaikan dengan karakter membalap,” beber Harlan yang tahun ini memperkuat Honda.
Menurut Ahmad Jayadi, “Sasis Honda, justru lebih unggul bila pembalap menguasai teknik rolling speed. Keluar masuk tikungannya sudah sesuai,” jelas Adi. Percayalah. Adi yang memimpin Honda Denso Castrol FIM NHK itu, pembalap tiga merek. Pernah di Yamaha, Suzuki dan terakhir di Honda.
Kawasaki yang konon paling susah dijinakkan pun enteng dikawal Hadi Wijaya. Dia peringkat 3 IP dan juara umum Asia Road Racing Championship. Sebelumnya Hadi mengangkangi Suzuki.
Kendati motor kencang, tapi tak punya bekal rolling speed, bukan jaminan juara. Anggi Permana misalnya. Pembalap Tasikmalaya ini mengawinkan gelar di MP. Tapi, di Asia, prestasinya jeblok. “Benar-benar buta bermain di trek besar. Nikung serasa gak ada habisnya. Tidak seperti trek dadakan. Buka gas sedikit sudah keluar tikungan,” tegas Anggi saat di Asian GP seri India 2010 lalu. (motorplus.otomotifnet.com)