Kempis bikin tapak melebar dan tak stabil |
"Pakai ban itu ada aturannya. Meskipun banyak pengendara kita yang malah acuh dan mengakali. Padahal menyimpang dari aturan, banyak ruginya. Bahkan bisa bikin pengendara itu celaka," tegas Dodiyanto.
Paling sering terjadi adalah pengendara berkendara dalam keadaan ban kempis. Disadari atau tidak, membiarkan ban dengan tekanan angin kurang dari batas, bisa mengundang bahaya.
Patuhi batas tekanan agar tidak meletus |
Secara teknis, ban kempis bikin tapak ban melebar saat ditunggangi. Tapak lebar bikin traksi berlebih. Langkah motor jadi berat. Ujung-ujungnya, motor jadi boros.
Bukan hanya itu, ban kempis juga bisa membuat grip tidak maksimal saat menikung. Ban jadi oleng. Setelah itu, tinggal menunggu kapan jatuhnya.
Patuhi! Petunjuk maksimal keausan ban |
Seperti kata Dodiyanto. Ban kelebihan tekanan angin membuat motor terasa lebih enteng. "Tapi, itu cuma awalnya. Jika sudah jalan ban jadi overpressure.Bisa meletus!" tegasnya.
Itu terjadi karena setelah perjalanan jauh, tekanan angin justru bertambah. Gesekan dengan aspal membuat ban memanas. Panas membuat molekul angin mengembang. Akhirnya, tekanan tak tertahan jadi meletus.
Ban dan pelek harus sesuai |
"Ban memang masih menggelinding meski dipakai melampaui batas. Tapi, grip sudah tidak ada, karena lapisan karet sudah habis. Jadi, percuma mengakali dengan membuat groove di tukang vulkanisir," tegadsDodiyanto.
Hal haram terakhir adalah soal ukuran ban. Dilarang terlalu besar atau kekecilan dibanding pelek.Dodiyanto menyebut batas rasio ban dengan pelek cuma boleh naik-turun setingkat. "Lebih dari itu, bentuk ban berubah. Ini membuat putaran ban tidak stabil. Bahaya!" tegasnya
Ban terlalu kecil membuat bentuknya jadi kotak. Bahaya jika menikung. Ban terlalu besar, membuat dinding penahan saat menikung jadi tidak maksimal. Dan berat tentunya! (motorplus-online.com)