Dulu, namanya modifikasi tampilan harus orisinal. Dalam arti, handmade tanpa alat bantu mewah seperti komputer atau alat cetak. “Alat bantu atau tool ini hanya sekadar memberikan kemudahan bagi modifikator untuk merangkai karyanya. Seperti alat semprot,” jelas Budi ‘Big’ Rahmanto, modifikator Jakarta.
Memodifikasi tampilan akan terlihat mewah jika mainan cat dan tangan si pemodif terlihat jelas di motor. “Ini tergambar saat ajang contezt modif beberapa tahun lalu. Kelas airbrush begitu mendominasi,” kata Budi yang langganan ikut dan menjuarai berbagai contezt ini.
Maraknya bisnis modifikasi motor dengan stiker ini bisa dilacak saat kehadiran motor berkapasitas besar seperti Kawasaki Ninja 250R
Hal ini diakui oleh dua orang pemodif stiker yakni Johny dan Dedi. Keduanya punggawa dari 1899 Sticker dan Nine Works Graphic.
“Sejak 2008, saat Ninja keluar. Orderan untuk cutting sticker mulai ramai. Setelah cutting sticker baru kemudian digital printing. Keduanya juga punya kelebihan dan kekurangan,” kata Johny yang beralamat di Autopart, Bumi Serpong Damai, Tangerang.
Dedi menambahkan, sebenarnya keberadaan modifikasi stiker ada jauh sebelum tahun itu. “Sudah mulai, untuk mobil. Tapi untuk motor berkembang signifikan sejak adanya motor-motor besar itu.,” kata Dedi yang berkantor di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Saat ini, mereka mengerjakan rata-rata 5-10 motor modif dalam sebulan. “Kalau diterima semuanya sih sebenarnya bisa saja sampai 20 motor dalam sebulan. Tapi, kemampuan SDM kami tidak memungkinkan untuk mengerjakan itu semuanya. Daripada hasilnya tidak maksimal lebih baik ditolak,” kata Dedi
Virus atau tren modif dengan cutting sticker ini ada kaitannya juga dengan ‘keamanan’ motor. “Sebagian besar, merasa ingin melindungi cat asli namun ingin tampil wah tanpa merusaknya. Dengan cat atau airbrush hal ini tidak mungkin,” kata Johny yang per bulan rata-rata mengerjakan 3-5 orderan motor.
Sebab, sebagian dari konsumennya mengaku, motor dianggap alat investasi yang harus dijaga. Untuk mencegah harga menukik tajam akibat kondisi luar yang sudah tidak bagus lagi, dilakukan dengan melapisi stiker. “Kalau kelak mau jual kembali, tinggal lepas,” kata Dedi.
Apalagi sekarang ini, hasil karya digital priting sudah memiliki kemiripan dengan airbrush. Seperti adanya gradasi warna dan detail serta lekuk pada bagian tertentu seperti di fairing. “Dengan begitu, harga juga jadi relatif murah. Bekisar Rp 1 jutaan,” bilang Dedi.
Dengan adanya motor besar lain seperti Honda CBR 250R yang baru muncul, diperkirakan akan semakin meningkatkan gairah pemiliknya untuk memodifikasi namun minim risiko. (motorplus-online.com)