OTOMOTIFNET - Power assisted steering atau power steering adalah perangkat wajib pada sistem kemudi mobil zaman sekarang.
Teknologi ini memudahkan pengemudi melakukan manuver karena memutar setir menjadi ringan. Pada awalnya menggunakan sistem hidraulis alias oli bertekanan.
Namun kini berkembang dengan sistem elektris.
Tak lagi memakai pompa oli bertekanan kini memakai motor listrik yang mengandalkan kekuatan aki.
Sebutlah mobil seperti Suzuki Karimun, Suzuki Swift, Honda Jazz, Toyota Yaris atau Vios. Meski lebih ringkas dari segi konstruksi, namun tetap ada beberapa pantangan yang mesti diwaspadai.
SALAH PERLAKUAN
Electronic Power Steering (EPS) menjadi begitu popular pada mobil bermesin kecil (1.000-1.500 cc) karena motor listrik yang membantu pergerakan kemudi tak berhubungan dengan mesin.
“Pada power steering dengan mekanisme hidraulis bisa mereduksi tenaga mesin hingga 1 dk,” jelas David Ahie dari Top Speed Motor di Kedoya, Jakbar.
Artinya, mesin kecil yang tenaganya terbatas tak perlu lagi terpotong karena harus menggerakkan pompa hidraulis power steering.
Keunggulan ini lantas dipadukan dengan desain dan konstruksi yang bebas perawatan.
“Semuanya menggunakan modul dan sensor gerak,” jelas Apendi, service manager Suzuki Kebon Jeruk, Jakbar.
Dari pabriknya, EPS dibuat untuk masa pakai cukup lama. Tetapi karena salah perlakuan dari pemilik mobil atau driver, EPS bisa menjadi bumerang.
“Namanya juga perangkat mengandalkan kelistrikan, tak pernah terdeteksi secara pasti kapan akan rusak,” jelas Usman Adhie, service manager Tunas Toyota Jakarta.
Pantangan Electronic Power Steering, Apa Aja Sih?
Indikator EPS akan menyala bila ada kelainan | Pantangan Electronic Power Steering, Apa Aja Sih?
Motor listrik biasanya inden. Harga berkisar Rp 6-12 juta untuk mini MPV |
Pantangan Electronic Power Steering, Apa Aja Sih?
Pastikan koneksi soket dan kabel selalu dalam kondisi baik (tidak longgar) | Pantangan Electronic Power Steering, Apa Aja Sih?
Salah perlakuan bisa memperpendek umur EPS |
Meski begitu, tetap ada lampu indikator pada cluster dasbor yang akan menyala bila ada kelainan pada sektor EPS. Gejalanya bisa seperti setir mendadak berat atau kedutan saat setir diputar.
Ini bisa karena kesalahan dalam perawatan atau perlakuan. Semisal pemakaian pelek besar dan ban lebar.
Bisa juga karena perlakuan kasar saat memutar setir kemudi pada saat parkir. Lazim terjadi bila proses parkir harus dilakukan dengan cepat.
Modul EPS yang terintegrasi dengan motor listrik di kolom setir tak sanggup menerima command dari sensor gerak yang sangat spontan. Bila ini dijadikan kebiasaan, EPS akan berumur pendek.
Missed threat karena komposisi roda yang tak ideal juga bisa menjadi penyebab EPS tak bertahan lama.
Semisal mobil jarang di-alignment sehingga sudut caster, camber, toe-in dan toe-out acak-acakan. Posisi roda yang tak sesuai spek pabrik akan membuat sistem kemudi menjadi lebih berat yang mengakibatkan EPS memiliki beban kerja lebih.
Sementara perawatan pada perangkat EPS itu sendiri tak banyak.
“Pastikan soket kabel yang menjadi power source EPS selalu terkoneksi dengan baik,” tutur Apendi lagi.
Begitu juga dengan main fuse (sekering utama) dan sekering pendukung yang jarang ditengok. Usahakan kondisi fuse selalu prima termasuk konektornya.
Makanya tak heran bila EPS menjadi sensitif dengan air seperti cipratan, comberan, air cuci steam atau genangan (banjir).
“Mobil dengan EPS sebaiknya berpikir dua kali bila ingin melibas banjir,” jelas Usman mewanti-wanti.
Penulis/Foto: Kl:X / Dok.Otomotif, KLX